Pengalaman Asyik Naik Kapal Ferry ke Pulau Pahawang

Bismillah.

Tepat satu pekan yang lalu saya memperoleh kesempatan liburan ke Pulau Pahawang-Lampung bareng ASDP Ferry dan tentunya sambil naik kapal ferry. Trip tersebut merupakan hadiah untuk tulisan soal jalan-jalan ke Merak yang saya ikutsertakan dalam lomba blog ASDP :)

Trip 3 hari 2 malam ini memorable banget karena ini adalah kali pertama saya menang lomba, lalu dipertemukan sama blogger-blogger kece yang jam terbangnya tinggi dan blognya udah beli hosting sendiri, haha #dasarguegakmodal

Sebelum cerita lebih lanjut, tak kenalin dulu deh sama orang-orang ketje yang membersamai trip kali ini. Dari kalangan blogger alias pemenang lombanya ada 5 orang: saya yang orangnya ya udahlah B aja, terus ada Mba Septia seorang ukhti-ukhti blogger sejati dari Lampung yang dapat hadiah mainnya ke Lampung, lalu ada Damas dari Jekardah yang kalo dikepoin ig-nya sih jago desain gambar gitu deh, kemudian ada Aditya dari Bali yang penampilannya necis banget udah cocok jadi model cover majalah bobo Cosmopolitan, dan Fery dari tadi Malang dengan status mahasiswa yang kabur KKN demi halan-halan, wah aduin ah aduin ke dosennya :v

Kita ngga ditinggal berlima doang kok, ada 3 staf ASDP yakni Mas Iyegn yang sepertinya sudah seumuran Om saya, sungkem Om.. Mba Jumrotin yang rajin sholat lima waktu (wajib sih itumah, haha), dan Mba Mutia yang pake jilbab pink baju putih #apasih, juga ada 2 camera man yakni Mas Rudolf yang diawal kayaknya galak tapi pas ditawarin permen ngambilnya paling banyak, hahaha #peace dan Mas Adnan yang mukanya mirip sama youtuber yang menginsafkanku untuk rajin sholat subuh (cek dimari ). Tak ketinggalan Pak Supir yang ternyata bos pemilik agen travelnya, sungkem Pak.. dan Mba Mifta sebagai tour guide yang baru pertama kali juga ke Pahawang ._.
Ayoo total kami ada berapa? Hahaha selamat berhitung mylov~

Kenalan udah, sekarang kita langsung masuk ke episode trip-nya, mari...

Welcome to Pahawang Island
Rabu, 25 Juli 2018

Hari ini saya ke kantor bawa koper segede gaban sampai diliatin atasan, soalnya para pemenang lomba blog diminta untuk kumpul di kantor ASDP Ferry pukul 7 malam, yaps ceritanya kami diajak 'studi tour' dulu ke kantor pusat ASDP. Berhubung jatah cuti saya sudah sekarat dan harus dieman-eman (gila kan candu jalan2 gue, baru juga setengah tahun), jadinya saya pilih untuk tetap masuk kantor dan berangkat ke titik kumpul dari kantor. Setelah selesai sholat magrib, saya langsung pesan ojek online dan meluncur ke kantor ASDP Ferry di daerah Cempaka Putih. Sampai di depan kantornya, saya agak ragu nih soalnya sepi dan gelap banget (yaiya sih namanya juga udah malam), untung bapak security-nya langsung engeh saat lihat saya bawa koper,

"Rombongan yang mau ke Lampung ya Mba? Masuk aja, itu mobilnya sudah siap,  van abu-abu yang di depan tiang bendera"

Oh jadi van abu-abu ini yang akan mengantar kami malam ini, lumayan juga yaa. Saya lanjut jalan ke lobby, suasana perkapalan terasa banget di lobby-nya, mulai dari miniatur hingga lukisan kapal ferry menghiasi sudut ruang dan dinding lobby.

Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)
Di sofa pojok ternyata sudah ada Mba Septia dan Fery, kami saling berkenalan. Kemudian datang banyak staf ASDP lainnya, ternyata salah satu pesertanya yakni Damas adalah staf ASDP juga, yap lomba blog ini memang terbuka untuk umum dan karyawan ASDP sendiri. Satu peserta lagi yakni Aditya ceritanya ketinggalan pesawat di Bali, haha aya-aya weh. Setelah kumpul semua, acara dibuka dengan kata sambutan dari pihak ASDP, dan kata sambutannya ini bagi saya cukup berkesan, ASDP emang sengaja mempertahankan harus ada lomba blog meski pun kalo mau sekedar ngikut tren bisa aja mereka adakan lomba vlog doang, tetapi bagi mereka tulisan itu lebih tak lekang oleh waktu, duh jadi terharu Hayati :')

Setelah mengurus ini-itu dan bagi-bagi uang saku #cihuy, akhirnya kami mulai perjalanan jam 9 malam, telat 1 jam dari jadwal seharusnya. Perjalanan lancar jaya sampai kami tiba di Pelabuhan Merak. Dari awal, tim ASDP banyak bercerita dengan kami tentang kondisi kapal ferry hari ini dan betapa saat ini mereka sedang berjuang membawa pengelolaan kapal ferry ke arah yang lebih baik. Di keberangkatan ini, tim ASDP sengaja mengajak kami naik kapal ferry milik ASDP yang belum direnovasi yakni kapal ferry Jatra III  untuk bahan perbandingan dengan kapal ferry ASDP yang sudah direnovasi pas pulangnya. Saat masuk ke kapal Jatra III menurut saya sih seperti kapal ferry yang biasa saya tumpangi, ruang kapal dengan deretan bangku kelas ekonomi dan geladak kapal yang dilengkapi bangku-bangku pada bagian depannya, tapi malam ini minus panggung dangdutan, haha (mungkin itu di kapal swasta kali ya). Memang sih, kalo dibandingkan beberapa tahun yang lalu, kondisi kapal ferry hari ini (even yang belum direnovasi) sudah lebih manusiawi, ada mushola, toilet bisa digunakan dengan baik dan tidak ada sampah berserakan. Saya paham sih, ndak enak juga mau banyak nuntut karena transportasi laut yang satu ini murah meriah banget, per orangnya cuma bayar 15 ribu (exclude kendaraan), tinggal duduk manis udah sampai aja ke seberang pulau, mahalan juga tiket nonton ke bioskop, iya kan?? Tapi memang harus diakui, ASDP sudah semakin aware kalo pekerjaan mereka dibidang jasa yang sudah seharusnya mengedepankan good service (gue ngomong apasih, haha).

Kamis, 26 Juli 2018

Oke balik lagi ke jalan-jalannya, mobil kami tiba di Pelabuhan Merak pada tengah malam. Badan saya cukup lelah setelah seharian kerja dan lanjut jalan sampai malam. Di kapal saya tidur, sampai Bakaheuni lanjut tidur, perjalanan Bakaheuni ke arah Dermaga Ketapang memakan waktu sekitar 3 jam, paling enak ya nunggu sambil tidur *my hobby iz zleep. Subuh-subuh mobil van menepi ke sebuah masjid, sholat subuh sambil doain orang tua dan minta jodoh #ups, lalu lanjut jalan lagi, dan sekitar jam 6 pagi tibalah kami di Dermaga Ketapang yang menjadi pintu penyeberangan menuju Pulau Pahawang, yeaay!

Pemandangan di sekitar Dermaga Ketapang niih

Kiri-Kanan: Damas, Fery, Saya, Mba Septia, Aditya
Sebelum berangkat kami recharge energi dulu dengan sarapan, cuci muka, dan langsung ganti pakaian dengan baju siap snorkeling (ini penting). Kelar sarapan dll, kami lanjut naik perahu motor (?)  menuju Pulau Pahawang. Di sini ombaknya tenang banget, lautnya pun tidak banyak sampah.

Kayak telaga ya, padahal ini lagi di laut loh
Setelah sekitar 1 jam lebih di atas air, laju perahu mulai melambat, agak menepi ke sekumpulan resort bergaya atap bangunan tradisional Lombok, namanya Andreas Resort, mungkin ini spot pertama untuk foto-foto, pikir saya. Tim blogger bodrex sudah siap foto-foto resort itu dari jauh.

Me be like "86, siap."
Tetiba Om Anton si pengemudi perahu bilang,

"Barang-barangnya langsung di taruh di kamar yang ini ya", sambil menunjuk kamar resort nomor 2 yang sedari tadi kami foto.

Lha kami nginep di resort ini?? Haha saya jadi malu sendiri mana tadi udah foto-fotoin dari jauh. Jujur, ini surprise banget sih, kelihatan banget air wajah kami girang semua, it's more than target! Waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi, sebenarnya kami baru bisa check in sekitar jam 2 siang, tapi berhubung 1 resort sudah ada yang kosong jadilah kami 'numpang' loading barang dulu sambil istirahat sejenak. Saya, Mba Septia, Fery, dan Aditya sih udah tancap gas duluan, ngider di sekitaran resort, foto sana-sini, sambil ndak henti berdecak kagum sama resort ala- ala maldives ini.

Hunting foto dimulai, jangan kasih kendor~

Gimana ngga surprise coba, view-nya secakep ini
Yah minus Damas dan Aditya nih (foto pake banner ASDP menyusul, file-nya mau dicari dulu, hehe)
Abis kelar loading barang dan ngelurusin kaki (duh bahasa gue), kami lanjut ke agenda selanjutnya sekaligus agenda utama: snorkeling! Untuk sampai ke titik snorkeling di Pahawang, kita wajib naik perahu motor unless situ mau berenang dari pulau ke pulau, hehe. Jadi saya dapat simpulkan bahwa sewa perahu selama trip Pahawang adalah fardhu áin sodara-sodara.

Pagi ini kami lucky banget, cuaca cerah ndak ada mendung-mendungnya, ombaknya tenang sekali dan pengunjung tidak terlalu ramai karena hari kerja. Ini adalah pengalaman kedua saya snorkeling setelah sebelumnya pecah telor di Danau Kakaban Derawan, hehe (tulisan menyusul). Di snorkeling kali ini saya beranikan diri pakai one day soft lense biar kelihatan pemandangan bawah lautnya, alhamdulillah aman terkendali (tapi tetap saya gak rekomendasikan ya). Kesan pertama snorkeling di Pahawang adalah... terumbu karangnya banyak banget!

Terumbu karangnya masya Allah :))
Nah karena terumbu karangnya banyak, jadi ikutlah ikan-ikan berbagai warna tinggal di sana, dan yang paling menjadi pusat perhatian adalah si ikan nemo, serius ya ternyata ikan nemo tuh imut banget, pantesan sampai dibuat film. Di spot snorkeling ini juga ada 'prasasti kramat' yang jadi landmark-nya Pahawang, yaitu batu semendi dasar laut yang bertuliskan 'Pahawang Island' , seru sih foto-foto di sana, dan kata Om Anton kalo kita mau bisa geser dikit ke spot sebelahnya yang ada 'prasasti sepeda', saya sih sadar diri tidak bisa renang, jadinya saya memilih snorekling cantik di sekitaran perahu kami saja.

Nemo dan manusia pelampung, haha
Pahawang adalah daratan, thanks me later
Sekitar 2 jam kami bermain air sampai pegel, setelah capek dan kulit mulai gosong, kami  lanjut ke agenda selanjutnya yakni ishoma, yuhuu~

Makan siang ini kami singgah di Pulau Pahawang Besar (ku menamakannya demikian) yang memang jadi pusat rumah penduduk dan administrasi desa. Resep banget dah saat muka gosong, badan asin air laut, perut laper banget, langsung disuguhin nasi hangat, ikan tongkol bakar, sayur asem, tempe goreng, telor dadar, kerupuk, lalapan, sambel terasi, dan sambel kecap, tuh saya sampai masih hapal sama lauknya. Makin skuy lagi, kami makannya di bawah pohon di pinggir pantai 😎

Ini gapuranya
Bocah 'ngamen di air', nanti kita lemparin uang ke mereka trus mereka tangkap,
juga menerima lemparan permen, ciki, dan cinta, haha
Setelah mengisi perut, ternyata agenda hari ini belum berakhir. Perjalanan berlanjut dengan mengunjungi Pulau Timbul, yakni pantai yang muncul saat air laut surut. Di pulau ini tidak ada fasilitas umum macam toilet atau sekedar pondok berteduh, jadi untuk ngadem harus siap lesehan di balik pohon bakau (asli ini bikin ngantuk), dan kalau mau pipis ya.. ke laut 😐. Jadi kegiatannya ngapain dong kalo ke pulau ini? Pertama, kamu harus cobain dulu minum air kelapa yang dijual abang-abang di pulau ini, tenang, gak mahal, cuma 10 ribu dan kita udah dapat seporsi air kelapa muda murni tanpa campuran apa-apa (termurah sepanjang pengalamanku). 

Pulau Timbul nih gaes

Geng ceciwi, Mba Septia, saya, Mba Mifta, dan Mba Jumrotun (minus Mba Mutia nih)
Kalau udah kelar minum air kelapanya, lanjut dengan aktifitas air yang ditawarkan di pulau ini yakni naik banana boat dan donat boat yang tarifnya juga murah, cukup bayar 30 ribu per orang. Ini adalah pengalaman pertama saya naik banana boat, saya ndak pernah berani naik banana boat karena saya ndak bisa berenang, hiks, tapi ternyata teknologi yang bernama pelampung itu really works ya, haha.. Maka dengan kekuatan pelampung saya pede untuk cobain banana boat pertama kali, di Pulau Pahawang pula, bisa jadi bahan pamer ntar ke anak-cucu heuheu~ Dan naiklah kami berlima para pemenang blog ke perahu karet banana boat. Perahu ditarik dengan speed boat yang makin lama makin cepat, diakhiri dengan 'bantingan' ke laut sampai kami jatuh semua, wuaah ternyata naik banana boat itu seruuu! Kalo lagi pusing sama hidup, pas banget tuh buat nikmatin wahana yang satu ini, kita bisa teriak-teriak dan basah-basahan sepuasnya di air laut. Kelar dengan banana boat, kami lanjut naik donat boat, nah kalo donat boat ini perahu karetnya tidak akan dibanting, tapi nggak kalah menengangkan dari banana boat. Kita akan duduk dengan posisi terlentang, kaki lebih tinggi sedikit dari kepala, kemudian perahu donatnya akan ditarik speed boat dengan kecepatan tinggi sampai 'lompat-lompat' di atas air, hasilnya? Kami yang di perahu donat jejeritan sampai serak :)
Perhatikan rumah cokelat di tepi pantainya, cakep deh
Di Pulau Timbul ini kita akan lihat kalau di ujung pulau ada bangunan mirip kraton persis di tepi laut. Bangunannya berwarna cokelat tua. Saya dan Mba Septia penasaran pingin lihat bangunan ini lebih dekat, kayaknya kece gitu buat spot foto-foto. Saat berjalanan ke arah bangunan, ada seorang bapak yang memberi tau bahwa bangunan itu bukan tempat umum. Bangunan itu adalah rumah milik pribadi, kata si bapak sih yang punya orang Perancis. Saya dan Mba Septia masih tetap penasaran dong, kami lanjut jalan lagi, benar sih kemudian ada tulisan yang intinya melarang orang buat ke area sekitar rumah itu, tapi kami tetap lanjut jalan, toh rumahnya kosong juga.. eh rupanya kami diteriakin sama bapaknya dong, haha yaudah kalo udah diteriakin mah balik kanan grak! Sebenarnya bagi saya agak ganjil sih, kok bisa orang asing bangun properti dan memiliki tanah di pulau seperti ini, sementara wisatawan lainnya hanya bisa numpang main saat surut saja. Padahal saya masih kepo banget sama bagian dalam pulau karena ada area yang menjulang ke atas, tepat di balik 'rumah kraton' itu.

Tidak boleh masuk gaes :(
Setelah puas beraktifitas di pulau, kami foto-foto full tim dulu mumpung airnya belum pasang. Sekitar jam setengah 4 sore kami pun kembali ke penginapan,

Saling fotoin, haha
Di penginapan, saya langsung puas-puasin mandi karena belum mandi dari kemarin. Baru kali ini nih saya main ke laut dari pagi, siang bolong, sampe sore; dari badan masih kering, basah, kering lagi, basah lagi, sampai kering lagi, tapi seruuu, haha. Kelar bersih-bersih badan, saya lanjut hunting foto di sekitaran resort sambil nunggu sunset. Buat saya, ngider di sekitaran resort-nya ini udah kayak bagian dari trip juga karena bangunan resort dan alam di sekitaranya perfect.

Kembali ke penginapan, ngelewatin Pulau Pahawang Besar-nya lagi nih

Detik-detik sunset dari depan kamar
Sampailah kami di penghujung hari, dan lagi-lagi resort ini diluar ekspektasi banget, sunset-nya bagus banget parah! Posisi matahari tidak tenggelam sampai di garis horizon, why? karena tepat di sebelah barat Pulau Pahawang, ada gugusan pulau dan perbukitan tinggi, sehingga si matahari hilang ditelan badan bukit, ditambah riak air laut di bawahnya, pemandangan sunset dengan perbukitannya ini jadi masya Allah sekali. Apalagi, kami menikmati sunset ini dari teras resort yang tepat menghadap ke barat~

Terbaik siih ini sunset nya! Makasih kameranya Fery :D
Hari semakin gelap, tapi ombak disini masih sama tenangnya dengan tadi pagi, bikin suasana pas banget untuk bercengkrama setelah sholat magrib. Habis sholat magrib sebelum mulai sesi ngobrol-ngonrol saya rebahan dulu di kasur, eh rupanya berlanjut sampai ke pulau kapuk sekitar 1,5 jam, haha.. itu tidur yang nyenyak banget walau sebentar, badan saya rasanya remuk abis-abisan setelah berbagai kegiatan air hari ini. Sekitar jam 9 malam, kami berkumpul kembali untuk menyantap ikan bakar di teras resort. Rupanya angin laut cukup kuat menerpa kami, pantesan waktu tidur saya kedinginan, segera saya melapisi badan dengan jaket lalu kembali bergabung dengan obrolan malam di teras resort. Topiknya masih seputar menulis dan seluk-beluk ASDP, seru sih berkenalan dengan BUMN satu ini dengan suasana syahdu di atas laut dengan bulan yang hampir bulat sempurna :)

Hampir purnama, emm btw itu bulannya yg buletan kecil paling atas ya, heee
Mengenal ASDP Ferry

Dalam obrolan malam ini, saya jadi sadar satu hal: ternyata selama ini saya kepedean soal dunia perkapalferry-an, hahaha.. Saya kira ASDP itu hanyalah BUMN yang mengelola pelabuhan (macam Angkasa Pura gitu lah), eh ternyata ASDP tuh juga mengelola kapal ferry, yap saya juga jadinya baru tahu kalo kapal ferry itu ada yang milik negara dan ada yang milik swasta, persis kayak Garud* Indonesia (milik negara) dan Li*n Air (milik swasta). Bedanya, ASDP ini BUMN yang mengelola pelabuhan sekaligus kapal ferry-nya, kalo diumpamakan kayak Angkasa Pura dan Garud* Indonesia digabung jadi satu.

Cara bedain mana yang kapal ASDP dan mana yang bukan, tinggal lihat di badan kapalnya, kalo ada tulisan "We bridge the nation", nah itu yang punya ASDP tuh. Tentunya sebisa mungkin kita naik yang punya ASDP aja, karena keuntungannya kembali ke negara untuk kemaslahatan bangsa #asik. Cuma ya, untuk sistem jadwal kapal ini memang beda dari bus, pesawat, atau kereta, si kapal ferry ini jadwalnya nggak sama setiap minggunya karena satu kapal akan dirotasi dalam beberapa minggu. Jadi kalo kita naik kapal A hari ini, belum tentu besok kita bisa naik kapal A lagi, mungkin harus nunggu sampai minggu depannya. Selain itu, kapal juga gak bisa ngasih jadwal fix macam pesawat apalagi kereta, soalnya pelayaran kapal sangat tergantung banget sama kondisi cuaca, kalo lautnya lagi ngamuk yaa mesti ditunda pelayarannya, tapi ini nggak berdampak ke jumlah armada ya, intinya mah jumlah kapal gak akan kurang khususnya di pelabuhan-pelabuhan komersil macam Merak-Bakaheuni, cumaaa itu tadi, gak bisa tuh ditentuin kapal A akan berangkat pukul 8, kapal B pukul 9, gitu deh pokokonya. Setelah sekitar 1 jam ngobrol soal dunia kapal ferry, kami kembali ke peraduan, tidur nyenyak bersama dingin angin laut.

Jumat, 27 Juli 2018

Saya baru benar-benar terjaga pukul 7 pagi, itu pun setelah ingat bahwa ada yang mau diburu pagi ini: sunrise. Setelah beres mandi dll, saya dan Mba Septia keluar dari kamar berharap masih ada sisa-sisa sunrise. Rupanya hari ini langit cukup berawan sehingga sunrise tidak terlihat dengan jelas, tetapi birunya air laut di depan kamar bikin hati adem juga kok, bayangin aja pagi-pagi bangun tidur buka pintu kamar langsung liat air biru gitu, gimana gak happy ya hidupnya orang di Pulau Pahawang :)

Berburu sunrise yang agak kesiangan

Adem :)
Semestinya pagi ini kami lanjut hopping island mungkin ke Teluk Kiluan, tapi rupanya kami semua  t-e-p-a-r hahaha, akhirnya kami sepakat untuk main di sekitar resort saja, ada yang foto-foto, ada yang berenang. Saya sudah berhasrat banget nih untuk ikut berenang di depan resort, tapi saya takut kelelep, selain ini mikir-mikir juga kalo harus mandi lagi. Om Anton sigap banget, dia langsung bawakan saya pelampung dan kacamata renang, wah makin kuat godaan, akhirnya saya nyerah deh, saya pikir kapan lagi main ke Pahawang dan berenang depan resort, dengan bismillah saya pun nyebur~

Foto yang bagus :)

Di balik foto yang bagus :)
Di sekitaran resort ini pun pemandangan bawah lautnya tidak kalah menarik loh, banyak ikan-ikan berenang di sekitar terumbu karang (yap di resort ini pun banyak terumbu karangnya), bahkan ada ikan nemo, uwaah.. cuma nemo yang ini bukan oranye-putih, tapi marun-putih, gapapa tetap lucu jadi pingin dimakan #ehsalah

Saya gak berenang lama-lama, bukan malu atau panas, tapi capek~
Saya langsung naik ke teras resort dan bilas badan di shower depan (yap, di teras resortnya ada shower), abis itu ngulang mandi lagi. Packing-packing selesai, pake sunblock selesai, sebelum pulang kami take video pake drone untuk keperluan ASDP, I can't wait for the result soalnya air laut aslinya biru banget, apalagi pas ntar setelah melewati tahap filter, auto maldives kw super kayaknya. Setelah take video panas-panasan, pukul setengah 12 kami berpamitan dari Andreas Resort dan balik ke Dermaga Ketapang.


Bye bye Pulau Pahawang yang indah :)
Tibalah kami di perjalanan pulang menuju Jekardah. Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan panjang karena dipotong sholat jumat dan makan siang. Kami tiba di Pelabuhan Bakaheuni sekitar pukul 5 sore. Seperti yang saya ceritakan di awal, tim ASDP sengaja ingin membawa kami menggunakan 2 kapal ferry yang berbeda untuk bahan perbandingan, di jalan pulang ini kami direncanakan akan menumpangi Kapal Sebuku yang rupanya baru akan berlayar ke Pelabuhan Merak sekitar pukul 8 malam. Jadilah kami menunggu di parkiran dermaga sambil sholat magrib dan menghirup udara petang. Pas pula malam ini bulan purnama penuh menggantung di atas kapal yang berlabuh, pemandangan yang cantik :)

Yah bulannya kalah ama cahaya lampu -_-"
Pukul 8 malam kapal yang ditunggu-tunggu pun tiba, tapi sesungguhnya badan saya sudah capek banget sampai-sampai mata berat untuk sekedar melek. Tapi, kesempatan ini nggak boleh dilewatkan, maka saya kuat-kuatin untuk tetap berkeliling kapal. Dan harus saya akui, ASDP memang benar-benar sedang bebenah diri. Tampilan interior Kapal Sebuku ini cozy dan mirip kafe, saya bilang mirip kafe karena benar-benar banyak bangku dan sofa nyaman serupa di kafe, dinding kapal dihiasi dengan mural warna-warni yang menambah kesan urban style di dalam kapal. Fasilitas kapalnya pun tak kalah lengkap, ada mushola, toilet, ruang lesehan, ruang ekonomi full AC, bangku di geladak kapal, dan ruang bermain anak.

Ini di dalam kapal coba, instagramable banget ngga sih

Tontonannya natgeo, hai anak kos kalian semua kalah~

Bangku kelas ekonominya aja kayak gini, khan main

Ini ruang bermain anak, udah kayak di TK belum?

Ini sofa-sofanya, cozy banget kayak di kafe!

Ini di geladaknya, udah persis bangku taman tapi di atas laut!
Perjalanan pulang ini agak lambat karena air laut yang cukup tinggi, efek bulan purnama kali ya. Kami baru tiba di Pelabuhan Merak sekitar jam 11 malam. Asli sih ini mata saya udah berat banget, sampai mobil van saya langsung tidur~

Alhamdulillah kami tiba kembali di kantor ASDP Ferry Jakarta pukul 1 malam tanpa kekurangan sesuatu apapun. Untuk malam ini, kami diinapkan di Yello Hotel Setiabudi, again trip ASDP ini bikin saya kagum dengan service-nya kepada para pemenang!

Sampe kamar juga~
Hotel ini berkonsep anak muda banget dengan properti dominan warna kuning, hotelnya masih satu perusahaan sama Pop Hotel yang pernah saya inapin waktu di Surabaya, tapi ini versi yang lebih naik kelas. Fasilitas kamar standar hotel bintang 3-4, yang jelas hotel ini jadi berkali-kali lebih nyaman karena kondisi badan udah capek banget, apalagi kami diberikan satu kamar sendiri-sendiri sehingga puas rasanya mengistirahatkan badan dan membangun kembali privasi setelah 2 malam selalu bersama manusia-manusia lain.

Epilog

Trip ke Pulau Pahawang ini menambah deretan pengalaman seru di memori saya, apalagi ini adalah pengalaman perdana saya kumpul dengan blogger-blogger kece yang emang niat banget nulis blognya, ngga kayak saya yang masih menganggap blog sebatas hobi di akhir pekan saja. Selain itu, perjalanan ini juga jadi semacam edukasi tentang perkapalan di Indonesia, saya jadi tau istilah-istilah macam pelabuhan komersil, pelabuhan perintis (di daerah-daerah 3T), kapal ferry ASDP dan non ASDP, dan 'berstudi wisata' di kapal ferry. Dari trip ke Pahawang ini juga saya jadi kepikiran, bakal seru banget loh memasukkan pelayaran kapal ferry dalam list agenda jalan-jalan ke Pahawang, caranya dengan sengaja memilih kapal ASDP Ferry yang sudah direnovasi, di trip kali ini saya naiknya Kapal Sebuku, untuk daftar kapal-kapal yang sudah renovasi lainnya bisa dicek di ig ASDP Ferry. Asli deh, kalo kapalnya cozy kayak begini, menyeberangi laut biru Selat Sunda pun rasanya jadi makin asyik.

*tulisan ini masih akan di-update lagi

Catatan:
Ini informasi tambahan buat teman-teman yang berniat ke Pahawang juga:

1. Ikut open trip aja, soalnya jalan-jalan ke Pahawang ini mesti banget naik perahu.
2. Sebenarnya kalo sudah pernah ke pantai-pantai air bersih macam Derawan, mungkin Pahawang akan terasa biasa saja. Tapi, dengan menginap di Andreas Resort ini trip ke Pahawang jadi terasa spesial, resort ini bukan cuma soal tempat menginap, tapi juga soal view sunset-sunrise nya, barbeque malamnya, teras di atas air lautnya, keren deh pokoknya, kalau bisa sediakan budget lebih untuk sekalian nginap di resort ini, suer gak akan rugi.
3. Mumpung udah di Pahawang, jangan sayang-sayang uang untuk cobain air kelapa, main banana boat, dan donat boat di Pulau Timbul. Jadi pastikan nabung sebelum jalan.
4. Kegiatan lainnya yang juga wajib untuk dilakukan adalah snorkeling di spot tulisan Pulau Pahawang, biasanya kalau ikut open trip ini sudah masuk dalam list kegiatan kok.
5. Pulangnya jangan lupa mampir beli oleh-oleh keripik pisang rasa-rasa khas Lampung, murah kok sebungkus hanya 12 ribuan.
6. Wajib makan ikan bakar yaa biar makin dapat feel main ke pantainya :)
7. Jangan lupa, jangan tinggalkan sampah apapun, jangan lakukan hal yang aneh-aneh misalnya membakar terumbu karang #eh



Komentar

  1. Jadi kangen Pahawang nihh. Apalagi yang paling gabisa lupa itu pas nahan pipis berjam-jam dari Pantai Timbul ke Resort nya :) #akugapapakok
    Semoga bisa ketemu lagi di event lain ya mbak :D

    BalasHapus
  2. mauu tanyaa dong, ribt g sii bawa koper naik kapal ferry ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Relatif sih kalo menurut saya. kalo cuma bawa 1 koper dan 1 tentengan sih menurut saya masih nyaman kok. Btw di kapal ferry ga ada bagasi ya, jadi kopernya bisa ditaruh di samping kita gitu.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendakian Tak Terlupakan ke Gunung Rinjani

Tips Meredakan Rhinitis Alergi (Pengalaman Pribadi)

Eduard Douwes Dekker, Seorang Belanda Penentang Sistem Tanam Paksa di Indonesia