Menjemput Senja di Kota Makassar

Bismillah.

Menyambung kisah perjalanan saya di Sulawesi Selatan, kali ini saya mau sharing salah satu perjalanan tersyahdu tahun 2018, yakni saat saya di Kota Makassar. Setelah menyelesaikan tugas-tugas kantor, saya sengaja extend 2 hari untuk menjelajahi Kota Makassar, yah sebenarnya tidak benar-benar menjelajahi sih karena saya hanya ngider di sekitaran spot terkenal Kota Makasar saja, tapi memang ya solo travelling itu mengasyikkan.

Hello Makassar :)

Jumat, 16 Maret 2018

Setelah 9 jam berkendara dari Tana Toraja, subuh-subuh sekali jetbus yang saya tumpangi sudah sampai ke Jalan Peterani (bener ga sih tulisannya?). Ternyata saya datang kecepatan sehingga terpaksa early check in dengan biaya tambahan di The Phinisi Hotel (hiks, elus-elus dompet). Saya bukan lagi iklan, tapi hotel yang satu ini bisa diperhitungkan untuk jadi tempat istirahat yang nyaman. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Pantai Losari dan rate-nya lebih murah daripada hotel yang pas banget di seberang Pantai Losari, istilahnya mah mending saya  jalan kaki dikit tapi saving s.d 400 ribu untuk hotel. Nah untuk pilihan penginapan yang lebih bacpacker-friendly saya rasa sih pasti ada tetapi saya kurang tau, mianhae~

Sampai di hotel saya bersih-bersih diri dan jam 10 pagi masih lanjut kunjungan sebentar di kantor cabang Provinsi Sulsel. Pukul 11 siang tunailah semua urusan kantor, sengaja saya minta untuk tidak diantar ke hotel karena saya mau wisata kuliner sendirian, hehe.

Untuk wisata kuliner, saya nggak muluk-muluk dan nggak menargetkan banyak-banyak, karena sadar diri aja ukuran lambung gak seberapa, dari pada ujungnya buang-buang makanan doang kan :')
Banyak teman yang menyarankan saya untuk cobain Pallubasa Serigala, yak ini gak ada hubungannya sama hewan serigala, ceritanya makanan yang bernama Pallubasa ini jualannya di jalan serigala. Serunya saat main ke Kota Makassar, disini transportasi online sudah banyak banget, dari kantor provinsi saya langsung pesan go-car ke lokasi restoran Pallubasa Serigala. Lucky me, karena ini hari Jumat, dan pas banget deket-deket waktu sholat Jumat, restonya lagi sepi. 

"Padahal biasanya untuk stop nurunin penumpang aja susah mba, rame sampai ke luar jalan", gitu kata Bapak supirnya.

Karena restonya lagi gak ramai, pesanan saya cepat sekali datangnya. Di atas meja tersaji sepiring nasi putih, semangkuk lauk berkuah mirip semur dengan kuning telur mentah di atasnya, dan segelas es teh manis. Telur mentahnya ini memang yang kayak jadi trademark Pallubasa Serigala, lauk kuah yang disajikan masih panas gitu, jadi saat kuning telurnya diaduk langsung matang oleh kuah Pallubasa. Saya tidak jago dalam mengkritisi makanan. Soal tampilan, yah biasa-biasa saja, tidak ada garnish macem-macem. Soal rasa, bagi saya sih ini enak-enak saja dan masuk ke lidah saya. Kuahnya gurih seperti ada sagon kelapanya, kuning telur mentahnya tidak amis, dan disandingkan dengan  es teh manis adalah pilihan tepat. Kesimpulannya adalah makanan ini recommended :)

Wujud Pallubasa
Restoran Pallubasa Serigala, pokoknya harus cobain!
Siangnya saya kembali ke hotel sambil menunggu teman kantor saya yang juga sedang ditugaskan ke Sulawesi Selatan, namanya Ulfah. Jadi ceritanya orang tua Ulfah ini punya banyak kenalan di Makassar, makanya dia juga extend ke Makassar untuk sowan ke teman-teman ortunya. Tapi saya sengaja ajak Ulfah untuk menginap semalam di hotel, sayang aja gitu jatah 2 tamu hanya saya tempati sendiri. Sekitar pukul 2 siang Ulfah pun tiba di hotel, kami berdua sama-sam tepar: saya habis dari kantor provinsi dan Ulfah baru tiba dari Kepulauan Selayar. Jadinya siang ke sore kami habiskan dengan bobo cantik.

Sorenya, saya dan Ulfah berencana menuju toko oleh-oleh. Pada jalan-jalan sore ini kami kedatangan satu anggota lagi yakni adik laki-laki Ulfah yang saya lupa namanya. Sebelum ke toko oleh-oleh, kami mampir dulu ke Benteng Rotterdam Makassar, saat tiba di lokasi ternyata tidak ada apa-apa juga sih disana, saya kira bentengnya ada di pinggir pantai macam Benteng Marlborough Bengkulu, ternyata bentengnya berada agak di tengah kota jadi tidak ada pemandangan apa-apa. Beres dari benteng, kami jalan kaki sekitar 2,5 km menuju toko oleh-oleh (note: tidak disarankan jalan kaki). Tapi sebelum itu, kami mampir makan dulu, ehmm tepatnya si Ulfah dan adiknya sih, soalnya saya masih kenyang. Kami mencoba Coto Nusantara, salah satu gerai penjual Coto Makassar yang terkenal. Lokasinya ada di seberang pelabuhan barang. Waktu kami kesana bertepatan dengan bongkar muatan spare-part pesawat terbang, seru deh lihatnya. 

Area Benteng Rotterdam
Di resto Coto Nusantara, saya hanya pesan es teh manis, tepar setelah jalan 2,5 km. Saya nyicip-nyicip sedikit Coto pesanan Ulfah. Rasanya agak mirip-mirip sama Pallubasa, tapi yang ini lebih light dan makannya pakai lontong, kalau saya pribadi sih lebih prefer Pallubasa dari pada Coto. Niat hati saya ingin pesan es pisang ijo, tapi ternyata di resto ini tidak ada, dan sampai akhir perjalanan di Kota Makassar saya tetap tidak kesampaian untuk cobain es pisang ijo, sad. Setelah me-recharge energi, kami lanjut beli oleh-oleh di Toko Cahaya yang lokasinya ada di belakang ruko Coto Nusantara. Btw, di Makassar ini ada 2 toko oleh-oleh yang terkenal, yakni Toko Cahaya dan Toko Surya, mungkin besok-besok ada toko rembulan, gemintang, planet, meteor, asteroid biar lengkap gitu~

Selesai belanja oleh-oleh, kami balik ke hotel, adiknya Ulfah balik ke asalnya (apa bgt sih La). Malam ini, rencananya kami akan ketemu sama kolega ortunya Ulfah di rumah makan Mi Titi, gapapa ku jadi obat nyamuk, penting ditraktir makan malam, heuheu. Setelah mandi, sholat, dan rebahan bentar, saya dan Ulfah lanjut pesan go-car menuju resto Mi Titi. Soal Mi Titi sendiri, tapilan dan rasanya persis fu yung hai, tapi ini tekstur mie-nya kecil-kecil, mirip bihun. Kata koleganya Ulfah, Mi Titi pernah jadi makanan hits di Makassar, tetapi sekarang sudah meredup popularitasnya.  Ngomong-ngomong soal porsi Mi Titi, saya kualahan loh untuk menghabiskan seporsi Mi Titi, kelihatannya aja Mi Titi kayak nyemilin mie gemez, pas dimakan sampai habis mah ngenyangin juga. Setelah jadi obat nyamuk, akhirnya saya balik juga ke hotel dan langsung tidur.

Wujud Mi Titi
Sabtu, 17 Maret 2018

Pagi ini, saya dan Ulfah berpisah. Ulfah langsung lanjut touring keliling rumah koleganya. Sementara saya: lanjut tidur. Yap, kalau dipikir-pikir, saya sudah keliling-keliling non-stop dalam lima hari terakhir: Selasa-Rabu saya di Enrekang, Rabu-Kamis saya di Tana Toraja, Jumat saya di Makassar, dan dalam 5 hari itu saya kurang istirahat. Maka, Sabtu pagi ini menjadi waktu yang perfect untuk istirahat, dari pagi hingga sore kerjaan saya cuma tidur, nonton tivi, nyicil-nyicil laporan, dengerin musik, makan, tidur lagi. Saking malesnya, untuk makan pun saya mengandalkan go-food, haha.

Setelah recharge tenaga, sorenya baru deh saya mulai perburuan senja di Pantai Losari, yuhuu~

Dari hotel, saya jalan kaki sekitar 1 km, tujuan utama saya hanya Pantai Losari, dan tidak terpikir destinasi lainnya selain Pantai Losari. dari lobby hotel saya kenakan earphone, mendengarkan playlist lagu favorit untuk menemani jalan-jalan sore ini. Sepanjang jalan, banyak penjual makanan menjajakan dagangannya, mereka berbicara dengan logat dan bahasa yang asing buat saya, dan itu seru :)
Sambil jalan, saya juga mengamati restoran-restoran yang ada di sepanjang jalan menuju hotel, biar tak tandai resto yang pas untuk makan malam nanti. Setelah jalan santai, tibalah saya di bibir pantai Kota Makassar. Rupanya, area pantai ini memanjang dengan berbagai atribut taman kota yang cukup instagramable, misalnya patung tulisan 'MAKASSAR' atau 'BUGIS', juga ada patung Mahatma Gandhi dan tokoh-tokoh Makassar. Karena judulnya jalan-jalan sendiri, saya cukup kesusahan untuk berfoto, waktu minta tolong ke orang juga hasilnya tak memuaskan, jadinya saya fokus foto pemandangan saja sambil menikmati keramaian orang-orang di sekitar. 

Ini yang tulisan MAKASSAR

Ini yang tulisan BUGIS

Ini yang patung Mahatma Gandhi
Setelah itu, saya lanjut jalan ke arah utara, menuju patung tulisan 'Pantai Losari' yang jadi spot wajib saat berkunjung ke Kota Makassar. Tiba di tulisan 'Pantai Losari', matahari sudah semakin merapat saja ke peraduannya di ufuk barat, niat saya ingin sekali menikmati senja dari sini, tetapi perlu diketahui bahwa sekarang ada reklamasi di teluk Kota Makassar ini, pembangunannya tepat di belakang tulisan 'Pantai Losari' , sehingga mataharinya tertutup bangunan reklamasi. Jadi, tidak ada senja di 'Pantai Losari'  :(

Mataharinya ketutupan proyek :(

Sekarang view-nya kayak gitu, agak kurang gimana gitu :(
Saya berpikir cepat, kalau nggak lihat apa-apa seperti ini, sebaiknya saya bergeser saja deh ke sebelah selatan, mana tau ada 'apa-apa'. Saya kembali menyusuri area tulisan 'MAKASSAR', lurus terus ke sebelah selatan, di sisi kiri jalanan mulai dipadati kendaraan bermotor,  Makassar macet juga ya ternyata. Di kejauhan, saya melihat ada masjid, oalah ini mungkin yah yang disebut masjid terapung di Kota Makassar. Tidak nyesal saya melipir ke arah selatan, ehehe. Semakin mendekati masjid, saya lihat banyak orang membawa kamera sedang menunggu momen, sepertinya masjid terapung ini jadi salah satu spot fotografi Kota Makassar ya..

Cihuy, dapat view bagus
Sampai depan masjid, ternyata apa coba? Saya lapar. Jadinya saya melipir, beli pisang epe yang ada di depan masjid. Seporsi harganya 15 ribu, untuk 3 potong pisang epe rasa original, worth it sih. Saya juga pesan es teh manis --FYI sepanjang jalan dari Pantai Losari sampai ke masjid ini susah banget cari orang jualan minum, sepertinya di sepanjang area ini memang dilarang berjualan-- oke balik lagi ke es teh depan masjid, pas bayar saya kaget, harga segelas es teh ini 15 ribu gaes.. padahal tehnya gak terlalu manis, rada nyesel sih ini belinya. 

Pisang epenya enak, I hate you es teh mahal
Setelah kenyang nanggung (gara-gara es teh mahal), saya jalan ke depan masjid, deketin rombongan abang-abang yang siaga dengan kameranya. Bukan, saya bukan ngajak mereka kenalan kok, saya cuma mau ikutan juga foto dari spot mereka, kan jadinya gak usah capek-capek lagi cari spot yang cakep, hehe. Sampai di dekat mereka saya langsung ngeluarin hp, haha kebanting banget nggak sih mereka pakai kamera kece, saya pakainya hp-oppo-smarphone-selfie-expert 😂

Kemampuan hp saya segini doang, maap maap nih yak
Senja pun tiba, dan gila sih ini.. Sunset nya cakep banget! Menyembul perlahan di balik bangunan Masjid Amirul Mukminin, menimbulkan efek siluet dengan warna-warni langit di belakangnya. Saya pun berkesimpulan bahwa inilah spot sunset-nya Kota Makassar! Sambil menjemput senja, lantunan azan pun syahdu bergaung dari majid terapung, keindahan yang hqq kawan.

Setelah foto-foto sunset, saya lanjut masuk ke dalam masjid untuk sholat magrib. Saya ikut sholat berjamaah di masjid ini, dan rasanya terharu sekali, saya mah siapa, jauh-jauh merantau dari Sumatera ke Jawa, dan sekarang sholat magrib berjamaah dengan saudara-saudara seiman di Makassar. Selesai sholat, jangan buru-buru keluar dari area masjid ini ya. Petang itu saya memilih memakai eraphone, setel lagu Payung Teduh, lalu menikmati sisa-sisa warna ungu kemerahan di langit sampai semua jadi gelap pekat. Rupanya, saat malam dari proyek reklamasi akan menyala lampu warna-warni, dan ini semakin mempercantik pemandangan, apalagi dilihat dari lantai atas masjid terapung. Rupanya, beberapa pengunjung juga mengikuti jejak saya nongkrong di selasar masjid, bedanya mereka beramai-ramai saya mah sendirian, hehe.. 

Aslinya lebih cakep dan lebih terang
Sampai akhirnya benar-benar gelap
Hampir 20 menitan saya nongkrong di selasar masjid, kemudian saya lanjutkan perjalanan untuk mencari makan malam. Tadi sore sudah saya tandai resto yang akan jadi destinasi saya malam ini yakni RM Dinar, sebuah restoran yang menjual seafood karena saya sedang ngidam-ngidamnya makan kerang. Tiba di restoran, saya langsung pesan seporsi kerang putih saus padang, tidak pakai nasi karena di hotel saya mau lanjut makan pop mi (sehat benerrr tuh makanan). Saya ceritanya masih trauma gara-gara es teh depan masjid, jadinya saya beli air mineral botol di ind*maret, hehe. Untuk kerangnya, asli sih ini enak banget, kerangnya masih segar, tidak amis, dan bumbunya nggak lebay. Apalagi satu porsi itu saya makannya sendirian, asli sih puas banget! Kadang-kadang tuh kita emang perlu ya yang namanya jalan-jalan sendirian, puasin dan nyenengin diri sendiri, pilih makan sesukanya tanpa harus jaim sama siapa pun :D

Ini kerangnya enak banget gaes :')
Setelah kenyang makan kerang, saya lanjut pulang jalan kaki santai ke hotel, tak lupa sambil setel lagu favorit. Sengaja saya jalan selambat mungkin untuk menikmati sisa-sisa malam di Kota Makassar, padahal aslinya saya jalannya cepat. Sampai hotel saya langsung mandi air hangat (terbaik!), lanjut makan pop mie goreng (terakus!), sambil leyeh-leyeh di kasur, lalu tidur~

Minggu, 18 Maret 2018

Niatnya nih, subuh-subuh saya mau jogging ke Pantai Losari, tetapi apa daya badan saya lebih cinta sama kasur. Jadinya saya lanjut tidur hingga jam 8 pagi dan lanjut packing semua barang. Saya check out tepat jam 11 siang dan langsung pesan go-car menuju bandara. Genap sudah perjalanan satu minggu saya di Sulawesi Selatan. Nggak pernah terbayang, sekalinya ke Sulawesi akan sejauh dan selama ini, dan over all semua perjalanan selama di Sulsel sangat mengesankan! :)

Untill we meet again, Sulawesi :)











Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendakian Tak Terlupakan ke Gunung Rinjani

Tips Meredakan Rhinitis Alergi (Pengalaman Pribadi)

Eduard Douwes Dekker, Seorang Belanda Penentang Sistem Tanam Paksa di Indonesia