Dari Kerjaan jadi Pelesiran ke Pulau Derawan


Bismillah.

--Caution: postingan ini akan banyak memuat foto ubur-ubur 😎 --

Ayo Patrick, kita berburu ubur-ubur~

***

"Wah Lala enak banget bisa ke Derawan"
"Bukan main, jalan-jalannya jauh ya ke Derawan"
x


Itu adalah dua dari sekian komentar yang  saya terima di sosial media setelah mem-posting foto-foto di Derawan,  banyak sekali teman-teman saya yang keheranan kok bisa saya sampai ke Derawan, jawabannya adalah karena melakukan perjalanan dinas ke Kabupaten Berau, detailnya bisa banget dibaca di tulisan saya yang ini. Baiklah saudara-saudara, sebelum kita mulai kisah ini saya tidak akan mengulang lagi penjelasan tentang tokoh dan latar, silakan Anda baca baik-baik di postingan ini (galak banget sih Laa) 😂

Jumat, 30 Maret 2018

Setelah menuntaskan pekerjaan di Desa Pegat-Betumbuk, kami kembali ke Dermaga Tanjung Batu.

"Loh, saya kira dari Pegat-Betumbuk langsung lanjut naik speed boat ke Derawan mas?"
"Nggak mba, kita lewat jalur darat dulu biar lebih dekat, dan nanti di Dermaga Kepulauan Derawan baru naik speed boat lagi" Mas Yudi menjelaskan panjang-lebar.

Oke siyap boss, kami nurut aja sama tuan rumah. Matahari sudah makin condong ke ufuk barat ketika kami tiba di Dermaga Derawan, penyeberangan ini akan memakan waktu sekitar 1 jam kalau gelombang air laut bersahabat.

Dermaga untuk menuju Kepulauan Derawan. Kalo start jalannya via darat dari Berau, pasti melalui dermaga ini
Ceritanya 'magrib di jalan'
Satu jam berlalu, langit sudah gelap sempurna saat speed boat kami menepi di dermaga sebuah hotel. Ornamen hotel pinggir laut itu dihiasi dengan lampu kelap-kelip, cat warna-warni, dan ada panggung karaokenya, lampu warna warni ini membuat air lautnya jadi cantik banget! Kesan pertama saya saat menginjakkan kaki di papan kayu dermaga itu adalah, Derawan malam ini seperti pemandangan Hongkong di malam hari. (padahal saya juga belum pernah ke Hongkong sih, hehe). Hotel ini more than expectation deh, saya kira kami akan menginap di home stay atau hotel yang ada di tengah-tengah pulau, sadar diri aja sih soalnya kalau hotel di atas/tepi laut harganya mahal ulala :')

Tapi, Allah itu emang paling seneng ngasih hamba-Nya kejutan ya, ternyata saya dan Aneu nginep di hotel tempat kami menepi ini, yap hotel di atas laut! Atas berkat jasa Mas Yudi, hotel yang tadinya per malam berkisar 800rb, jadi 400rb per malam dooong, ternyata Mas Yudi ini emang sudah langganan sama owner hotelnya tiap bawa tamu selalu diajak ke hotel ini, terlebih Mas Yudi ini pembawaannya asik dan suka ngobrol, makin lancar deh tawar menawar sama owner hotelnya, yuhuuu~

Ini kamar hotelnya, toilet di dalam ya, dan pakai toilet duduk

Depan kamarnya ada teras menghadap ke laut,

Pemandangan depan hotel pas pagi, cihuyy. Maap ada iklan yak, haha
Kami sengaja tidak pilih kamar yang langsung di atas air laut, why?? Soalnya info dari Mas Yudi, kalau hotel yang pas di atas air laut bakal berisik banget, apalagi saat tengah malam dimana  angin akan berhembus kencang, bisa-bisa ga bisa tidur saking berisiknya, okesip manut. Setelah bersih-bersih badan dan ngelurusin kaki sebentar, kami lanjut makan malam di tengah Desa Derawan, menunya spesial, yakni ikan kerapu bakar, wagelasih ini jalan-jalan kantor rasa wisata premium. Saya belum pernah makan ikan kerapu, sekalinya makan pas di Pulau Derawan, dan lagi-lagi soal rasa masakan Kalimantan emang juara. Kelar makan,saya, Aneu, dan Mas Yudi lanjut jalan santai menyusuri pantai Pulau Derawan, pas udah capek kami duduk-duduk sebentar di atas pasir sambil ngobrol ngalor-ngidul dengan sisa-sisa tenaga hari ini.

Sabtu, 31 Maret 2018

Ini dia puncak dari lawatan saya ke Derawan, hari ini kami akan main sama ubur-ubur tanpa sengat di Danau Kakaban! Saya sudah berapa kali melihat liputan tentang danau ini di tivi, tapi yha danau ini tidak pernah masuk dalam list travelling saya, masalahnya klasik: berat di ongkos. Tapi alhamdulillah Allah kasih aja jalannya. Hari ini langit cerah, ombak cukup bersahabat, kami tiba di Pulau Kakaban setelah 45 menit juglag-juglagan di atas speed boat. Dermaga Pulau Kakaban menjorok cukup jauh ke arah laut, dari dermaga saja air laut Pulau kakaban sudah menciptakan harmoni warna yang indah. Dari dermaga, kami lanjut jalan ke loket tiket sambil tak lupa foto-foto di gardu selamat datang. Dari loket kami sedikit berjalan menyusuri anak tangga dalam rimbun pepohonan Pulau Kakaban, hingga tibalah kami di tepi Danau Kakaban.


We are ready!!

Alhamdulillah sampai juga di Dermaga Pulau Kakaban, cakep banget ga siiih
Trekking dikit
Ini adalah kali pertama saya mencoba snorkeling, gugup? Pasti, apalagi mata saya minus tinggi sehingga saat lepas kacamata jujur saja blur semua. Okelah walaupun penglihatannya kayak efek bokeh yang penting dapat sensasinya snorkeling. Saya kencangkan tali pelampung, dan kami bertiga pun turun ke danau. Ternyata rasanya pakai pelampung di air begitu ya, saya cukup kewalahan mencari keseimbangan badan supaya nggak kelelep, karena sekali badan terlentang susah untuk baliknya lagi. Air danau ini ternyata agak asin, warnanya  hijau tosca, kedalamannya sekitar 7 meter lebih, dan luas sekali :')

Luas euy danaunya, iya sih satu pulau isinya danau
Satu per satu kami mulai melihat ubur-ubur tanpa sengat, yaampun kayak jelly dikasih nyawa, apalagi ukuran ubur-uburnya relatif lebih kecil daripada ubur-ubur sengat, makin unyu. Kita boleh menyentuh ubur-ubur dengan lembut, tapi haram hukumnya mengangkat ubur-uburnya keluar dari air, karena si ubur-ubur bisa mati, pahamilah itu mylov...

Niih boleh disentuh kok, ga ngebatalin wudhu

Kalo mata Anda cukup jeli, itu di belakang banyak bayang-bayang mantan ubur-ubur
Photo bomb Kerajaan Ubur-ubur

Satu

Dua

Tiga

Empat

Kami bermain di Danau Kakaban sekitar 4 jam, gila gak tuh, haha. Setelah capek renang sama ubur-ubur, kami balik ke speed boat, kami bersiap lanjut main ke Pulau Maratua, katanya disana ada resort yang instagramablek dengan latar air laut warna hijau tosca. Namun, tepat saat speed boat kami mulai berjalan, hujan turun cukup lebat, kata om supirnya dia tidak bisa lanjut jalan karena di depan tidak kelihatan apa-apa, takutnya malah bertabrakan dengan kapal lain, duh deg-degan juga kami dengernya, untung saya masih pakai pelampung, jadi kalo kapalnya kejungkir insya Allah tidak tenggelam. Akhirnya om supir menepi lagi ke dekat dermaga, memasang terpal di bagian atas kapal, dan menurunkan jangkar kapal. Kami (berusaha) menikmati makan siang di atas kapal, di bawah terpal, ditengah hujan deras, di permukan air laut, hahaha pusing ga bacanya? 😛

Sambil nunggu hujan reda, kami sambil snorkeling lagi di Dermaga Pulau Kakaban, gilak ga tuh
Setelah menunggu sekitar 1 jam, akhirnya hujan reda juga, tapi waktu sudah terlalu siang kalau mau ke Maratua, ndak terkejar. Akhirnya speed boat diarahkan kembali ke Pulau Derawan. Saat sudah dekat dermaga hotel, ternyata speed boat kami tetap melaju.

"Lha kita mau kemana mas?"
"Kita ke Pulau Busung dulu mba" Kata Mas Yudi

Speed boat kapi semakin mendekat ke sebuah gundukan pasir putih tak jauh dari Pulau Derawan, hingga tibalah kami di gundukan pasir putih tersebut bersama banyak wisatawan lainnya. Pulau Busung adalah pantai yang timbul ketika air laut sedang surut, dan Pulau Busung ini indah sekali!


Welcome to Pulau Busung, btw ini bintang lautnya sudah mati dan kering ya, ku tidak menyakiti hewan kok :"
Beda gear beda tone, yaa begitulah

Pasirnya putih bersih meski tidak terlalu halus. Pada hamparan pasir putih ini kita bisa berburu kerang atau bintang laut yang mati terdampar di atas pasir, selain itu, bermain air di pulau ini juga menyenangkan, ombak yang tenang dan air yang jernih membuat saya ingin berlama-lama ada di Pulau Busung, sayangnya kondisi pulau yang cukup ramai membuat suasana agak kurang syahdu. Kami bermain di Pulau Busung sekitar satu jam, setelah itu kami kembali lagi ke Pulau Derawan, membasuh badan dan istirahat sejenak sebelum melakukan aktifitas rekreasi lagi di sore hari, Sungguh tidur siang yang hanya sejenak ini terasa pulas sekali saking capeknya snorkeling 4 jam di Danau Kakaban.

Sorenya, Mas Yudi sudah sigap mengetuk pintu kamar kami. Agenda kami sore ini adalah snorkeling di bagian ujung Pulau Derawan. Snorkeling sore ini paket hemat banget, kami tidak perlu sewa kapal karena spot snorkeling-nya ada di ujung dermaga yang untuk mencapainya tinggal jalan kaki di atas jembatan kayu yang kokoh beud. Tibalah kami di ujung dermaga dengan menenteng segala perlengkapan snorkeling sewaan, tetapi sejenak saya merasa ada yang salah, ini timing-nya kayaknya nggak pas deh, soalnya dari pengamatan saya air lautnya sedang pasang, dan ombaknya itu gede banget mylov :')

Saya yang cuma duduk doang kudu pegangan kuat-kuat ke tiang dermaga, sekelebet rasa gugup langsung menguasai saya, ini ombaknya kuat banget, badan saya pendek krucil gini lewat jalan berbatu aja bisa terpelanting, apalagi kalau sampai terseret ombak besar begini, mana gak bisa renang, huhu. Sempat saya berpikir untuk mengurungkan snorkeling sore itu, masih sayang nyawa soalnya.. Tapi ujung-ujungnya saya terhasut juga sama Aneu dan Mas Yudi, jadilah saya ikut nyebur. Wah asli sih, ini ombaknya gede banget! Apalagi pas ada banana boat lewat, haduh rasanya kayak lagi naik kora-kora! 


Hasil jepretan yang bisa tertangkap kamera, ini aja deg-degan pegang kameranya, takut jatuh terbawa arus :"
Pemandangan bawah lautnya sebenarnya cukup cakep sih, banyak ikan warna warni dan ikan laut warna-warni udah kayak akuarium ikan hias, cuma yaa itu karena ombaknya besar saya jadi kurang bisa menikmatinya, hiks. Waktu senja sudah semakin dekat, saya dan para pengunjung lain punya cara cukup unik untuk menikmati sunset sore ini, jadi kami ngapung di atas air sambil menghadap ke barat, cadasss. Matahari telah tenggelam teletubbies berpamitan kami kembali menepi ke pantai, menunggu adzan magrib, yap di pulau ini ada adzan dan ada masjidnya kok, malah ada 1 masjid dan 1 mushola, jadi buat cowo-cowo bisa tetap sholat berjamaah di masjid. Setelah selesai adzan, kami berjalan pulang ke hotel yang ada di ujung lain dari titik snorkeling ini.

Selesai sholat magrib, kami makan malam di dermaga hotel sambil menikmati angin malam yang ternyata dingin banget, hahaha. Kelar makan malam, si Aneu langsung tepar di kamar, padahal niatnya saya mau ngajak Aneu jalan santai ke sebelah barat Pulau Derawan. Well, anaknya udah tepar, jadinya saya keluar sendiri dan sekalian aja mau me time. Rupanya di luar sudah ada Mas Yudi, tapi saya sudah kepalang niat sedang ingin sendiri jadilah saya jalan duluan mengikuti garis pantai ke arah barat, sendirian. Malam itu bulan purnamanya terang sekali dan sangat membantu menerangi jalanan sepanjang bibir pantai. Hingga sampailah saya di satu titik pantai yang memang sepi dan jauh dari hotel dan orang-orang, saya pasang earphone dan dengerin lagu favorit, satu-dua orang lewat di depan saya sambil keheranan ngapain di pantai duduk sendirian, hmmm.

Poor camera
Yang penting usaha
Saya rebahkan badan di atas pasir, sambil memandangi langit yang terang sekali hingga membentuk siluet-siluet daun pohon kelapa, sambil suara ombak berlomba-lomba dengan iringan pemutar musik di handphone. Saya menghabiskan 30 menit rebahan di atas pasir bersama cahaya rembulan dan lagu kesukaan, kemudian beranjak ke tempat lain seiring malam yang semakin pekat. Mata saya langsung tertuju pada dermaga Pulau Derawan yang paling menjorok ke tengah laut (ada beberapa dermaga di pulau ini, belum termasuk dermaga khusus milik hotel), waktu telah menunjukkan pukul setengah 11 malam, tetapi masih ada saja satu-dua remaja tanggung yang keluyuran di area dermaga (kayak lu nggak keluyuran aja sih La!). Saya cari posisi paling uenak yang menghadap ke hotel tempat kami menginap, cahaya lampunya bermain bersama gelombang air laut, mengubah permukaan air yang gelap jadi warna-warni! Kali ini saya tidak setel lagu dari handphone, melainkan hanya duduk termenung, mempertajam segala indera di badan untuk menangkap momen di penghujung malam itu, suara ombak pecah bersama dentum speaker yang mengalunkan tembang hits tahun 80-an. Tidak rela rasanya mengakhiri malam ini.

Video super singkat kelap-kelip lampu hotel
Minggu, 1 April 2018

Pagi-pagi sekali, saya membangunkan Aneu yang masih terkapar di atas kasur, saya ingin mengajaknya berburu sunrise setelah semalam melewatkan purnama. Dari penginapan, kami berjalan kaki sekitar 2 km ke arah barat, melewati tepian pantai tempat saya rebahan semalam. Kami terus berjalan melewati Kantor PLN Pulau Derawan, sambil beberapa kali berpapasan dengan wisatawan lain yang juga keliling pulau menggunakan sepeda. Hingga tibalah kami di tepian pantai sekitar markas Marinir, di sini pemandangannya indah sekali, tepian pantai dihiasi pagar alami dari pohon cemara jarum, di sebelah timur ada bongkahan kayu lapuk yang sepertinya dulu digunakan sebagai dermaga kecil. 


Berjalan di tepi pantai~

Keluarga Tjemara

Saat sedang duduk-duduk di tepi pantai, Aneu berseru kepada saya.

"Kak, lihat deh itu yang timbul-timbul di atas air, itu penyu kak!"

Mata saya yang menderita minus tinggi harus berusaha keras mencari titik yang Aneu maksud, samar-samar bisa saya lihat ada sesuatu yang menyembul di permukaan air, yang masih belum bisa dicerna otak saya apa miripnya sama penyu, tapi kata Aneu itu beneran penyu, haha.

Matahari mulai nggak selow, kami kembali ke penginapan untuk sarapan. Rupanya Mas Yudi sudah siaga di depan penginapan untuk sarapan. Setelah sarapan,  Mas Yudi mengajak kami kembali mengelilingi bibir pantai, saya jadi bisa melihat lebih jelas tiap sudut pantai yang kami eksplore di malam sebelumnya. Sebelum kembali ke penginapan, Mas Yudi melontarkan gagasan untuk sewa sepeda keliling pulau, ide yang bagus sekaligus bikin nyengir ga enak, soalnya matahari sudah puanass buangett, tapi bakal rugi juga kalau sudah ke Derawan tetapi tidak mencoba keliling pulau naik sepeda, jadilah kami bertiga sepedaan keliling pulau panas-panas. 


Jangan lupa cobain sepedaan di Derawan ya! Sewanya murah kok cuma 20 ribu-an

Sekitar pukul 11 siang selesai juga agenda keliling pulau. Kami kembali ke penginapan dan bergegas mengemas segala barang.

Speed boat sudah siap di dermaga hotel, satu per satu barang muatan dipindahkan ke dalam speed boat. Setelah semua siap, si oom speed boat tak langsung mengarahkan speed boat ke Pulau Berau, ia mengajak kami sedikit memutar ke samping hotel,

"Mau liat penyu kan mba?"
"Iya - iya!!", jawab saya dan Aneu yang udah kayak bocah ditawarin permen

Rupanya, di samping hotel ada penyu sedang berenang-renang, dan ini adalah kali pertama dalam hidup saya melihat langsung penyu liar di laut, dan ternyata.. penyunya besar banget!! mungkin diameternya sekitar 1 meter, mirip banget kayak kuali yang biasa dipakai orang kampung saya untuk masak-masak kalau ada hajatan, khan main. 

Itu yang di dalam air yang hitam-hitam besar, itu penyu loh

Fix lah harus lihat secara langsung sih
Puas lihat-lihat penyu, kami melanjutkan perjalan pulang ke Berau. Sebagai penutup perjalanan ini, Mas Yudi mengajak kami singgah ke rumah makan patin bakar dulu yang lokasinya tak jauh dari bandara. Wah asli sih, ikan bakarnya ini recommended, mesti banget dicoba kalau berkunjung ke Berau. Selesia makan kami langsung ke Bandara Kalimarau Berau, say goodbye sama Mas Yudi, dan masuk ke ruang tunggu untuk melanjutkan perjalanan pulang menuju Jakarta. Rasanya masih segar di ingatan saya beberapa hari yang lalu tiba di bandara ini dengan kegondokan yang sudah di ubun-ubun, dan di bandara ini pula saya kembali ke Jakarta dengan banyak kenangan baru :)

Catatan:

- Rekomendasi itinerary di Kepulauan Derawan versi saya (3D2N versi santai, mungkin gak dapat semua spot Kepulauan Derawan):

- D1: sampai Derawan magrib, check in penginapan, sholat magrib, cobain ikan bakar Derawan, enjoy Derawan at night, kembali ke penginapan, istirahat (charge energi, ini penting).

- D2: Bangun pagi-pagi, menyusuri pantai Derawan pagi (kalau beruntung biasanya subuh-pagi masih ada penyu nangkring di bibir pantai), sarapan, persiapan menuju Danau Kakaban, di Danau Kakaban maksimal 1 jam aja kalau mau lanjut ke Pulau Maratua, kalau nggak berniat ke Maratua yaudah bisa lama-lamain di Danau Kakaban, sebelum jam 3 sore sudah harus sampai ke Pulau Busung, kemudian kembali ke Pulau Derawan, enjoy Derawan sore-sore sambil sepedaan keliling pulau, setelah sepedaan mampir beli jajanan warga: cireng, rujak, indomi goreng/rebus, air kelapa muda, dll. Enjoy sunset di pantai atau sambil berenang bebas, kembali ke penginapan, ishoma, enjoy Derawan at night (asli sih ini ga akan bosan, apalagi kalau sama teman-teman dekat, bisa cerita-cerita atau main game sampai larut malam sambil duduk lesehan di tepi pantai/restoran hotel yang menjorok ke laut).

- D3: Bangun pagi-pagi, sarapan, persiapan snorkeling di dermaga Derawan (dermaga yang ke arah timur yang dekat  tugu tulisan "Derawan"), kalau pagi insya Allah air lautnya sedang surut, jadi gak akan mengalami kendala kayak saya kemarin. Selesai snorkeling, mandi, berkemas, kembali ke Kota Berau.


- Rute perjalanan dari Jakarta ke Derawan: Jakarta (bandara manapun) - Bandara Sepinggan Balikpapan - Bandara Kalimarau Berau, lanjut dengan sewa mobil (seingat saya di berau tidak ada angkot), kemudian menuju Dermaga Tanjung Batu di Kota Berau, tapi kalau di trip ini saya naiknya bukan via Dermaga Tanjung Batu ya. Kalau merasa pesawat Bpp-Berau pricey, bisa coba lewat jalur darat sekitar 10-12 jam, atau via Tarakan, Kalimantan Utara (kalo lewat sini jalur lautnya yang lama, sekitar 4 jam-an)

- Sewa alat snorkeling 100 rb, masih harga normal spot pariwisata kok itu, tapi yang mengejutkan nih kalau yang sewa warga lokal atau saat weekdays harganya turun drastis jadi 25-50 rb saja.

-  Yang bikin wisata ke Derawan mahal itu sebenarnya cuma transportasinya aja, tapi yang lain-lainnya murah kok. Misalnya, sewa speed boat ke Derawan sekitar 1,5 juta, kalau mau hemat bisa cari barengan dengan penumpang lain, cuma ya harus sabar menunggu. Sementara untuk makanan dan minuman di Derawan  harganya normal, air a*qua 600 ml haraganya 4 rb, ciki citat*o haraganya 10rb, normal-normal aja kan, jadi nggak usah takut duit terkuras karena konsumsi

- Penginapan di Derawan banyak, yang murah-murah ada di tengah desa, semakin menjorok ke pantai harga sewanya semakin mahal. Waktu itu saya lihat ada yang 100rb/malam, model penginapannya di rumah warga.

- Berwisata ke Pulau Derawan itu unik, karena di pulau ini kita akan benar-benar nyampur sama warga lokal, apalagi ini cuma satu pulau dan gak begitu luas. Keberadaan warga ini yang menurut saya bikin Pulau Derawan punya 'warna' berbeda dari daerah lain yang juga mentereng pantainya macam Bali dan Lombok.

- Rekomendasi makanan yang harus dicoba selama perjalan Derawan: seafood di resto apa saja yang ada di Berau, ikan kerapu bakar Pulau Derawan, cireng tusuk Pulau Derawan, patin bakar dekat Bandara Kalimarau, saat transit di Balikpapan sempatkan beli kue mantau sebelum masuk boarding room (di Bandara Sepinggan banyak makanan, udah kayak mall)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendakian Tak Terlupakan ke Gunung Rinjani

Tips Meredakan Rhinitis Alergi (Pengalaman Pribadi)

Eduard Douwes Dekker, Seorang Belanda Penentang Sistem Tanam Paksa di Indonesia