Postingan

Ngebolang Chapter Surabaya: Perjalanan Menuntaskan Kenangan

Gambar
Bismillah. Ada satu kutipan dari drama Korea "Because This is My First Life" yang sangat saya suka, kurang lebih begini.. "Bertemu dengan seseorang itu adalah hal yang luar biasa, karena ia membawa masa lalunya, masa kininya, dan masa depannya" Menyambung perbincangan saya dengan Kak Herlin saat di  Tuban , kami ahirnya memutuskan untuk ke Surabaya. Saya memang pernah mampir sebentar ke Bandara Juanda Surabaya 3 tahun yang lalu, tetapi tidak pernah berkunjung ke pusat kotanya, makanya saya penasaran kayak apa banget Kota Surabaya. Besides, sejak pertama nama kota itu disebut, otak saya sudah tersambung pada kenangan masa kecil yang istimewa tentang kota ini. Selamat datang di Surabaya Tangerang, Sebelum Tahun 2008 Saya adalah remaja putri yang menjalani hidup seperti orang-orang pada umumnya. Saya sekolah di SMP swasta. Bapak seorang buruh di pabrik tekstil milik anak perusahan Gajah Tunggal. Mama adalah ibu rumah tangga, adik-adik masih melanju

Tuban, You Effin Rock!

Gambar
Bismillah. Perjalanan yang keren tidak hanya bicara soal seberapa indah alamnya, seberapa keren spot wisatanya, tetapi juga soal pertemuan dengan orang-orangnya. Hanya saja tidak semua perjalanan ada kesempatan untuk berinteraksi banyak apalagi mendalam sama penduduk asli sana. But this time, di perjalanan ke Tuban saya bisa explore lebih banyak soal alam dan manusianya. Iya, beneran Tuban. Agak mengherankan ya, kayaknya Tuban nggak begitu common untuk jadi destinasi ngebolang. Yap, saya pun tidak terpikir untuk sengaja datang ke Tuban hingga akhirnya ditakdirkan untuk bisa sampai ke sana. Perjalanan kece ini dimulai ketika Selasa sore, 31 Oktober 2017, grup whatsapp kantor mendadak penuh dengan notifikasi. Rupanya orang kantor pusat akan melakukan assessment kepada desa calon penerima bantuan dana zakat community development (mari selanjutnya kita sebut dengan ZCD), in other side,  divisi saya juga ada keperluan untuk assess ZCD sesuai alat ukur yang sudah kami buat, nah

Jelajah Bandung si Kota Kenang-Kenangan

Gambar
Halo-halo Bandung Ibukota periangan Halo-halo Bandung Kota kenang-kenangan Saya sepakat dengan Bapak Ismail Marzuki, Bandung itu memang kota kenang-kenangan. Kenangan pada hujannya, kenangan pada stasiunnya, kenangan pada perbukitannya dan kenang-mengenang lainnya yang akan jadi topik bercerita saya di posting kali kesekian ini. Senin sampai Jumat tak pernah putus dari rutinitas pulang-pergi menggunakan KRL Commuter Line dari Stasiun Gondangdia menuju Stasiun Pondok Cina. Bagi yang seperjuangan dengan saya, kalian pasti hafal sekitar pukul setengah lima sore Commuter Line kita selalu tertahan oleh kereta jarak jauh, siapa lagi kalo bukan si Argo Parahyangan. Dari pertemuan setengah-lima-sore yang intens ini saya mulai penasaran, curi pandangan, bahkan pernah iseng dadah-dadah ke penumpang yang ada di dalam gerbong (haha ini jangan ditiru ya). Menurut saya si Gopar (nama beken Argo Parahyangan) tidak sopan, meski rajin  kami berpapasan tapi tidak juga saling berkenalan. B