[Update 2] Review Tas Carrier Cozmeed Raven 55+5

Bismillah..
Wah it has been a long time since my last post here. Mau memberi opening statement sedikit ah, banyak yang terjadi belakangan ini terutama saya yang lagi keasyikan sendiri karena mulai mengenal diri. Setelah dipikir-pikir mau dibawa kemana blog ini, akhirnya saya memutuskan yasudah deh tidak harus punya tema khusus, intinya hanya ingin berbagi pengalaman siapa tau ada yang butuh.

Nah, ini posting pertama tentang review barang. Kali ini saya mau review tas keril Cozmeed Raven 55+5L. Cozmeed sendiri merupakan salah satu brand outdoor equipment lokal, kata mas penjaga tokonya "Ini barang dari Semarang", profil merk tidak akan dibahas lebih lanjut jadi kalau penasaran silakan googling deh. Review ini sih sebenarnya saya buat  untuk mbak-mbak pencinta alam yang lagi nyari tas gunung, karena masih sedikit banget yang membuat review tas atau perlengkapan gunung untuk perempuan, eh.. tapi tulisan ini tetap bisa  dijadikan referensi juga kok buat para mas-mas.
Sebelum beli saya benar-benar ngumpulin info banget deh, membadingkan satu tas dengan tas lain, dari merk ini ke merk itu, sempat mau beli di online shop tapi ragu karena nggak bisa dimuatin dulu tasnya. Cerita sedikit ya, pengalaman kemarin pas ke Sindoro saya pinjam keril teman merk Avtech Backpacker 50L, dari merks udah cukup terkenal lah ya, nah waktu turun dari Sindoro kami kehujanan, tas itu nggak pas di punggung saya karena tasnya terlalu tinggi, alhasil sepanjang jalan turun saya benar-benar tersiksa, semua beban numpuk di pundak dan leher, tapi memang dasar kalau badan orang tuh beda-beda karena di teman saya nyaman-nyaman aja. Belajar dari pengalaman itu saya  sarankan banget kalau mau beli keril langsung ke tokonya biar bisa dicoba, mau beli olshop juga bisa-bisa aja tapi coba cari teman yang punya tas  sama persis biar bisa dimuatin, kalau nyaman yaudah beli deh. 

Sebagai catatan di awal ya dalam review ini saya menggaet dua merk tas lainnya sebagai pembanding, yakni Consina Angelica dan Avtech Bacpacker 50L yang sudah jadi cameo di atas, kenapa dua tas ini? Ya karena  keduanya pernah saya pakai. Oke balik lagi, Cozmeed Raven ini saya beli pertengahan Maret 2016 di toko Cartenz Kelapa Dua. Waktu itu tag harga 580rb, tapi lagi ada diskon jadi 500rb, lumayan saving money 80rb bisa buat beberapa kali makan. Di tulisan sebelumnya kan tasnya baru saya tes bawa mudik ke Sumatera dengan muatan penuh dan alhamdulillah nyaman-nyaman aja. Nah dalam update tulisan kali ini, tas Cozmeed Raven-nya sudah saya coba untuk naik gunung, tepatnya pada tanggal 27-30 Mei 2016 untuk pertama kalinya nih si "Langit Biru" (tasnya saya kasih nama loh, hehe) dibawa mendaki ke Gunung Slamet via Bambangan.


Tim hore di puncak Gunung Slamet via Bambangan


Paket pembelian Cozmeed Raven  terdiri dari tas keril, rain coat, dan garansi. Nah garansinya ini nih yang menurut saya keren yaitu garansi jahitan, resleting, dan buckle selama 5 tahun. Jadi kata mas penjualnya sih kalo tasnya rusak bisa datang langsung ke gerai cartenz di seluruh Indonesia. Sekarang kita review fitur tasnya. Ini penampakannya:


Kalau mau lihat penampakan tasnya pas full-load bisa cek google image ya, lupa difoto pas muatan penuh hehe.. Saya kurang tahu sih nama bahan tas ini apa karena tidak ada keterangan pada tag tasnya, tapi ini ada foto penampakan bahan tasnya: 


Di bagian depan tas itu ada tali karet jaring-jaring gitu, nah jaring-jaringnya itu bisa dipakai untuk menyelipkan matras karena tas ini nggak punya tali untuk cantolan matras di bagian bawah atau samping. Saat dipakai ke Slamet, saya memilih untuk memasukkan matrasnya ke dalam kompartemen utama, tidak ditaruh si jaring-jaring karena saat dipakaikan rain coat bentuknya jadi aneh aja gitu, tapi tidak mempengaruhi performa sih hanya berdasarkan pertimbangan estetika saja. Kemudian di kanan-kiri tas ada kantong untuk menaruh botol minum, bahannya sejenis kaos gitu kali ya? Yang jelas bukan bahan jaring-jaring yang biasa saya temukan di sisi kanan-kiri keril, agak insecure juga sih takut mudah robek, tapi alhamdulillah kemarin itu aman terkendali. Kemudian di bagian depan juga ada tali untuk mengatur panjang-pendek head keril. Sudah saya coba pas balik ke Sumatera biar lebih ramping saya tarik cukup kuat dan talinya mantap.
Lanjut, kompartemen utama tasnya berbentuk tabung, sudah dilengkapi frame aluminium. Untuk framenya belum sempat difoto karena pas sesi foto-foto susah banget ngeluarin frame-nya. Lalu, ada lubang kecil di belakang tas untuk penghubung water bladder dan pipe.


Lubang penghubung water bladder
Karet depan untuk menyelipkan matras


Di dalam tas ada satu kantong untuk menaruh water bladder, kemarin pas mudik saya isi pakai dokumen dan muat-muat aja ternyata.

Sayangnya nggak ada resleting depan macam Consina Angelica, jadi ya lumayan repot untuk  ngeluarin barang, apalagi saat ke Slamet saya memasukkan matras ke dalam kompartemen utama, jadi begitu masuk tenda ya bongkar ulang muatan. Secara garis besar  untuk kompartemen utamanya standar lah seperti keril lainnya, mungkin kelebihannya tas ini kelihatan lebih ramping ke atas, bukan lebar ke samping, dan ini benar-benar saya rasakan saat ke Slamet tasnya ramping banget. Kemudian, yang jadi daya tarik tas ini buat saya adalah back-system nya. Saya memiliki tulang punggung yang cenderung lebih pendek dari orang kebanyakan, jadi beberapa kali coba keril seperti Consina Angelica dan Avtech Backpacker selalu tidak nyaman karena sabuk pinggulnya yang kerendahan. Yah mau nyalahin tas nggak bisa, apalagi nyalahin badan pemberian Tuhan; lebih gak mungkin. Nah, tas Cozmeed Raven ini dilengkapi torso adjuster gitu, jadi ketinggian tas bisa diatur. Bantalannya memiliki desain air mesh.Tapi kemarin ada kejadian nih, saya lihat keril JWS Denali milik teman ternyata model back-system nya mirip banget, yah entah siapa mencontoh siapa ya (saya sih yakinnya Cozmeed yang menyontek desain JWS, hehe), hal positifnya untuk konsumen sih enak-enak saja bisa dapat keril harga lokal dengan model barang branded, negatifnya ya ini bersinggungan dengan HAKI sih.. Untuk kenyamanan bantalan back-system nya cukup empuk, walaupun kalau saya bandingkan dengan Consina Angelica rasanya memang lebih mantap Consina. Tapi itu sih sangat subjektif dan tergantung kebutuhan masing-masing saja, saya butuhnya tas yang pas di punggung dan pinggul. Menurut saya sih tas Cozmeed ini cocok untuk perempuan karena ramping dan ada torso adjuster-nya itu.
Nah, berdasarkan hasil pendakian di Slamet kemarin saya merasa puas dengan back-system tas ini, semua sesuai ekspektasi. Beban tas terditribusi dengan baik terutama di bagian pinggul dan punggung, padding pada bagian pinggulnya pas, serta bucle di bagian dadanya nyaman karena ada karet. Sepertinya kata yang tepat untuk mendeskripsikannya adalah rasanya tas itu "nyatu" sama punggung saya.  Hmm kekurangannya sih padding pada pundak tas kurang empuk/tebal sehingga beberapa kali bikin pundak kebas juga. Kekurangan lainnya saya sempat "takjub" waktu istirahat di pos dua karena bantalan back-system nya basah total oleh keringat, kebayang lah ya bantalan yang basah lalu kena angin gunung, butuh waktu beberapa menit juga untuk menetralkan kembali punggung yang ikutan terasa dingin, saya rasa ini juga bisa terjadi juga pada tas-tas serupa yang nggak pakai jala-jala di back-system. Selanjutnya, yang ini saya bingung sih menyebutnya kekurangan atau kelebihan, saat ke Slamet kemarin ukuran tas ini pas untuk bawa barang-barang pribadi, kebetulan saat ke Slamet juga saya nggak dapat bagian bawa perlengkapan kelompok seperti tenda atau nesting, juga nggak perlu bawa air 1,5 liter, jadi rasanya tas itu nyaman-nyaman aja. Asumsi saya sih kalau di-packing dengan benar bakal muat-muat aja untuk bawa tenda (saya juga gak berharap kebagian tugas bawa tenda, hehe)

Selanjutnya ke bonus-bonus kecil dari tas ini, hmm pertama rain coat yang sudah include di pembelian. Rain coat-nya standar sih, kurang tahu nama bahannya apa, minusnya rain coat tidak ada tali buckle seperti yang saya temukan di Avtech Backpacker, jadi rain coat gampang lepas kalo pakai tasnya grasak-grusuk. Karena sudah antisipasi dengan model raincoat yang nggak ada tali, kemarin saat di Slamet saya upayakan juga untuk nggak begitu grasak-grusuk (kasihan juga sih sama tasnya kalau dibanting sana-banting sini). Lalu pada buckle padding pundak tas ada pluitnya, lumayan banget untuk keperluan emergency di gunung, buckle-nya juga dilengkapi strapping untuk mengatur tinggi-pendek buckle sangat useful buat perempuan biar dadanya gak sesak.
Peluit pada buckle

Buckle pada bantalan pundak yang bisa diatur

Oke,  ini over view kekurangan dan kelebihan tas Cozmeed Raven versi saya.
Kekurangan:
  • Rain coat tidak memiliki tali buckle.
  • Padding di bagian pundak kurang tebal
  • Padding di bagian punggung kurang breathable, jadi gampang basah oleh keringat
  • Kalau di tokonya, ga dapat kantong plastik gratis, jadi kudu beli kantongnya (lupa berapa harganya) .
  • Tidak ada resleting luar dan depan, jadi loading barang hanya bisa dari atas.
  • Bahan kantong kanan-kiri tas kurang mantap. 
  • Tidak ada kantong pada sabuk pinggang, padahal kalo ada kan lumayan buat naruh hp atau permen.
  • Model back-system sangat mirip dengan JWS Denali
Kelebihan:
  • Harganya masih masuk di kantong mahasiswa. 
  • Dengan harga 500rb-an dapat fitur yang kece, fitur tidak saya temukan pada merk tas lain dengan kisaran harga yang sama. 
  • Memiliki torso adjuster, menang banyak dah apalagi kalau untuk perempuan yang ukuran punggungnya beda dari laki-laki.
  • Bantalan punggung, sabuk pinggang mantap.
  • Buckle di bantalan pundak punya strapping jadi bisa diatur panjang-pendeknya, cocok buat perempuan. 
  •  Garansi 5 tahun. 
  • Model tasnya lumayan cakep, ramping. 
Nah terakhir saya mau cantumkan juga barang bawaan saya waktu ke Slamet kemarin, supaya bisa diperkirakan sendiri deskripsi tingkat kenyamanan di atas saya rasakan ketika bawa bebannya seperti apa:

  •  Sleeping bag
  • Jaket parasut-dracon
  • Jaket polar
  • Pakaian ganti lengkap 2 setel
  • Logistik kelompok (minus beras)
  • Matras spons
  • Jas hujan motor yang setelan
  • Sandal swallow
  • Buku notes
  • Senter
  • Air mineral 600ml 2 botol (di Gunung Slamet ada mata air jadi nggak bawa air banyak-banyak)
  • Tas kecil yang dicantolkan ke belakang keril
    (3 minggu yang lalu dibawa ke Lawu, nanti setelah kesibukan berkurang akan diperbarui lagi review-nya)

    [Update Setelah DIbawa ke Lawu]

    Akhirnya sempat juga curi-curi waktu untuk melanjutkan lagi review. Jadi akhir Juli lalu saya bawa si Langit Biru ke Lawu. Perjalanan kali ini cukup berbeda: pertama, karena komposisi tim yang hanya tiga orang (1 lelaki, 2 perempuan); kedua, pada perjalanan kemarin saya dan rekan perempuan mau coba menguji batas kemampuan diri, jadilah barang kelompok dan tenda kami bawa sendiri (si rekan laki-laki juga bawa tenda dan barang kelompok untuk dia sendiri). Intinya itu keril diisi sepenuh-penuhnya dan semuat-muatnya, beda banget dari perjalanan sebelumnya ke Slamet yang bawaan serba minimalis (ehm, memberdayakan rekan laki-laki maksudnya).

    Overload cuy
    Nah, flash back sedikit nih. Saat otw ke Stasiun Pasar Senen si Langit dapat "musibah", waktu turun dari bajaj rain cover-nya nyangkut di pintu bajaj dan langsung robek di tempat, padahal kan lumayan harga rain cover mahalHuhu. So that, waktu di pos simaksi Candi Cetho, saya minta lakban sama petugasnya, diakal-akalin supaya rain cover masih bisa dipakai. 

    Baru sempat difoto setelah masuk kereta :(

       Tidak berhenti sampai disitu. Jaring-jaring karet bagian depan tas 'kan saya pakai untuk cantolan matras, dan lagi-lagi penahan karetnya lepas, untung cuma penahannya doang bukan seluruh karetnya yang putus. Hmm..
    Analisis saya kenapa sampai bisa mengalami dua musibah itu karena memang takdirnya  kelebihan muatan. Oke saya coba ingat-ingat breakdown barang apa saja sih yang saya bawa selama pendakian ke Lawu:

    - Tenda kapasitas 2-3 orang
    Frame tenda
    - Flysheet 3 meter
    Sleeping bag
    - Pakaian ganti lengkap dari ujung kepala-ujung kaki 2 stel
    - Jaket 2 stel
    Headlamp
    - Matras
    - Sandal jepit
    - Beras 1/4 liter
    - Bumbu-bumbu
    - Biskuit 2 bungkus
    - Qur'an kecil
    - Obat-obatan pribadi
    - Tas barang-barang kecil (digantung di keril, dalamnya banyak lagi barang printilan)
    - Air 2 liter (dibagi-bagi dalam beberapa botol)

    Momentum ini jelas nggak saya sia-siakan dongsejak dari di Lawu saya udah penasaran banget mau membuktikan garansi 5 tahun yang digadang-gadangkan Cozmeed. Berhubung Agustus kemarin sibuk wisuda dan ada amanah  ke negara sebelah, jadinya saya belum sempat ke Toko Cartenz Kelapa Dua, akhirnya tanggal 10 September 2016 kemarin sempat juga kesanaSetelah cerita sedikit dan menunjukkan bagian tas yang rusak, baru si Mbaknya menjelaskan mekanisme garansinya. Ternyata kerilnya itu akan diperbaiki di Solo (tempat produksinya) dan memakan waktu paling lama 1 bulan baru bisa diambil lagi oleh konsumen. Kaget juga sih lama banget ternyataSelain itu, karena case-nya keril saya rusak di bagian penahan karetnya, wich is diluar garansi yang mereka berikan (jahitan dan buckle), maka Mbaknya belum tau apakah akan dikenakan biaya atau tidak, Mabknya sempat menyebut nominal sih sekitar 8 ribuAgak mengernyitkan dahi juga sih, soalnya kerusakan penahan karet menurut saya tidak lebih mahal dari buckle kok, apalagi itu bukan rusak karetnya, cuma cantolan ujungnya saja yang lepas. Tapi karena kepalang pensaran sama janji garansi yang diberikan, jadinya nggak apa-apa deh (semoga nggak mahal). Terakhir saya diminta meninggalkan nomor telpon saja, nggak ditanyain struk macam-macam, dan tas langsung ditinggalkan saja.

    [Lanjutan] Akhir September kemarin, saya dihubungi sama orang toko Cartenz nya, ngabarin kalau tasnya sudah selesai diperbaiki. Tanggal 1 Oktober 2016 saya ambil langsung ke toko, dan ternyata tidak dikenai biaya apa-apa, hehe. Berarti kesimpulannya garansi yang diberikan  itu memang beneran dan gratis untuk case tertentu. 

    [Update 2017]

    Terakhir keril ini saya bawa naik ke Gunung Rinjani (24-28 April 2017), alhamdulillah kondisi keril masih bagus, cuma karet depannya putus lagi karena overload, dan cover bag sudah innalillahi.. akhirnya pakai cover bag yang baru.

    Komentar

    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      BalasHapus
    2. Eh. Tas Siapa niru tas siapa yaaa 😪

      BalasHapus
    3. Eh. Tas Siapa niru tas siapa yaaa 😪

      BalasHapus
    4. Dilihat dari modelnya sih kayaknya tas Cozmeed ini jauh lebih unggul dari AVTECH. Hehe review-nya mantab gan..sampe sekarang masih pake tas ini?

      Oiyah main-main ke blog ane juga ya gan htt://lordberly.com

      BalasHapus
      Balasan
      1. Masih gan, terakhir ane pake ke Gunung Gede bulan Desember kemarin. Okay, makasih sudah mampir ke mari.

        Hapus
    5. Bermanfaat banget reviewnya..
      Selalu update lagi hehe mantap mbak. Salam kenal dari saya, saya ada artikel merek-merek outdoor asli indonesia di https://namakuprince.blogspot.co.id/2017/01/mengenal-merek-gear-outdoor-lokal.html?m=1

      BalasHapus
      Balasan
      1. Hehe, alhamdulillah kalo bermanfaat, nice post tho.

        Hapus
    6. Mau tanya, dr segi backsystem nya enakan consina angelica y?

      BalasHapus
      Balasan
      1. Halo, kalo untuk back system lebih mantap cozmeed, lebih nyatu sm punggung. Tp kalo untuk bantalannya empukan consina sih kalo yg saya rasakan :)

        Hapus
      2. Halo, kalo untuk back system lebih mantap cozmeed, lebih nyatu sm punggung. Tp kalo untuk bantalannya empukan consina sih kalo yg saya rasakan :)

        Hapus
    7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      BalasHapus
    8. saya punya optimistis di brand ini. tetep lanjut reviewnya gan. karena saya butuh review membangun semacam ini. buat para hater yg mrasa barangnya ditiru ato dibajak apalah, ngaca tong.ga yakin juga barang lu asli ato design original brand lu. jangan pikir design itu menjamin kualitas barang tersebut. salah besar, tetap produksi dan jaminan servis yg diberikan menggambarkan kualitas barang tersebut. go go cozmeed!

      BalasHapus

    Posting Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Pendakian Tak Terlupakan ke Gunung Rinjani

    Tips Meredakan Rhinitis Alergi (Pengalaman Pribadi)

    Eduard Douwes Dekker, Seorang Belanda Penentang Sistem Tanam Paksa di Indonesia