Perjalanan ke Dubai: This is My Subjective Though

Bismillah.

Terlalu klise kalau saya bilang "ini mimpi yang jadi kenyataan", atau "gak pernah kebayang bakal ke Dubai", karena saya memang tidak pernah menargetkan mau ke Dubai; kebayang atau tidak? sederhananya saya juga tidak pernah terbayang makanan apa yang akan masuk ke lambung saya seminggu lagi.

Tanggal 21-25 November 2016 saya pergi ke Dubai. Jelas tidak bermodal tabungan pribadi, karena kalau dana pribadi pasti saya pilih umroh duluan. Alhamdulillah saya menang dalam kontes (atau kuis ya?) Sunsilk Hijab Recharge setelah menuliskan mimpi saya tentang pendakian ke 7 puncak tertinggi di Indonesia, (terima kasih untuk gunung dan alam semesta, kalian memang tidak pernah berkhianat). Pada posting kali ini saya akan bercerita tentang Dubai dan segala kefanaannya, juga itinerary bagi yang berniat melakukan perjalanan ke Dubai.

Sebelum berangkat, saya tentu sudah mencari informasi dan seluk-beluk tentang Dubai dari internet, kemudian otak saya mulai bekerja menciptakan "konstruksi" Kota Dubai sesuai informasi yang saya peroleh. Sesampainya di Dubai, saya akui, pikiran mengelabui saya dari realita, ekspektasi saya tentang Dubai banyak yang salah, apa saja?

Pertama, saya terlalu menaruh ekspektasi ketinggian untuk melihat Islam yang ideal di Dubai. Ternyata bukan Islam ideal yang saya temukan, Dubai justru mengajarkan saya bahwa Islam itu bukan masjid, Islam itu bukan abaya, Islam itu bukan Arab. Lebih jauh lagi keluhuran dan kesederhanaan Islam tidak saya temukan di Dubai meski kota ini masih satu pulau dengan tanah para nabi, Saudi Arabia, nyatanya Dubai itu adalah sefana-fananya tempat di dunia.

It's easy to find the alcohol in the desert, trust me.

Kedua,  saya salah kaprah begitu mendengar akan pergi pada musim dingin, nyatanya musim dingin di Dubai tak ubah musim panas di Indonesia, bahkan lebih parah lagi karena kelembaban udaranya begitu rendah. Tanah di Dubai gersang, udaranya panas dan kering, air tawar susah diperoleh. Tidak heran jika penggunaan AC 'gila-gilaan' di sini, saya merasakan sendiri betapa udara panas Timur Tengah benar-benar tidak cocok dengan kulit saya. Selama di Dubai, kulit saya mengelupas setiap waktu, bahkan saya sampai sempat tidak percaya diri untuk menatap lawan bicara.

Sungai buatannya bagus banget...

.... dan ini suasana saat musim dingin di Dubai :)

Ketiga, saya pikir akan merasakan wisata budaya yang "Arab banget" seperti di tv series Omar ibn Khattab, tapi ternyata UEA memang benar-benar menawarkan sisi modern Timur Tengah, jadi hampir seluruh wisata yang ditawarkan adalah hasil buatan manusia. Selain itu, penduduknya pun ternyata kebanyakan pendatang yang mahir berbahasa Inggris. Di Dubai kamu akan menjadi saksi bagaimana kecerdasan otak manusia mengubah gurun kering kerontang jadi destinasi wisata elit dan serba artifisial. Dubai memiliki ratusan gedung pencakar langit yang terawat, Dubai punya sungai lebar yang ternyata adalah sungai buatan yang diairi dengan air laut, Dubai punya banyak pulau buatan yang di atasnya didirikan resort-resort bintang lima hingga tujuh. Bisa dibilang satu-satunya destinasi wisata yang "Arab banget" hanyalah gurun pasirnya, thok.

Desert, hanya ini yang benar-benar "alami"
Pada intinya Dubai itu luar biasa, tidak untuk hal negatif maupun positif.

Berikut saya tuliskan destinasi wisata jika kamu berniat mengunjungi Dubai:

Hari 1: Penerbangan Indonesia - Abu Dhabi

Hari 2:
- Sampai di Abu Dhabi, makan pagi, melanjutkan perjalanan ke Dubai sekitar 1,5 jam.
- Mengunjungi pasar Souk Madinat Jumeirah.
- Mengunjungi Dubai Museum.
- Ishoma di Penginapan.
- Menuju lokasi Dessert Safari, ini yang seru: dune bashing menggunakan mobil land cruiser, kemudian menikmati sunset di padang pasir dan diakhiri dengan menikmati santap malam sambil menyaksikan belly dance di camp site di tengah padang pasir
(saya tidak menonton pertunjukan belly dance perempuan, waktu itu saya memilih untuk naik unta saja dari pada menyaksikan kebathilan di depan mata tapi nggak bisa berbuat apa-apa)
- Kembali ke hotel, istirahat.

Hari 3:
- Menuju Golden Souk Market dengan menumpang Abra (water taxi), sebenarnya perjalanan di atas sungai hanya sebentar, tapi jadi mengagumkan karena pemandangan sungai dan perkotaan yang disajikan begitu wow.
- Beli oleh-oleh di Golden Souk Market, keluarkan jurus tawar-menawar di sini.
- Menuju Pantai di Jumeirah, di sini bisa sambil foto-foto dengan latar Burj Al Arab yang ikonik.
- Mampir sebentar untuk berfoto ria di depan Atlantis the Palm, sebuah hotel yang berdiri menghadap laut di atas Palm Island.
- Menuju Dubai Mall, untuk berbelanja (bagi yang mampu), mencicipi lantai 145 gedung tertinggi di dunia: Burj Khalifa, dan menutup malam dengan menyaksikan air mancur menari yang tidak seperti di Monas.

Hari 4:
- Perjalanan pulang ke bandara Abu Dhabi
- Sebelum pulang, sediakan spare waktu untuk mengunjungi masjid agung Sheikh Zayd yang merupakan masjid terbesar di UEA, kemudian melipir ke Ferrari World untuk menguji adrenalin dengan Formula Rossa, roller coaster tercepat di dunia.
- Ambil penerbangan malam untuk kembali ke Indonesia

Hari 5:
- Sampai di Jakarta, kembali pulang dari dunia mimpi (ps: audio backsound maskapai Etihad temanya tentang dunia mimpi, jadi semakin menginggalkan kesan ini seperti mimpi)

InsyaAllah akan di-update lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendakian Tak Terlupakan ke Gunung Rinjani

Tips Meredakan Rhinitis Alergi (Pengalaman Pribadi)

Eduard Douwes Dekker, Seorang Belanda Penentang Sistem Tanam Paksa di Indonesia