Postingan

Long Trip Part II: Kalau ke Kota Solo Enaknya Ngapain Ya?

Gambar
Selama ini kalau saya jalan-jalan ke Solo (padahal baru dua kali juga sih) selalu saja direkomendasikan untuk ke air terjun di daerah Tawangmangu atau melipir ke arah Jogja dan Magelang untuk berwisata ke candi-candi di sana. Namun, perjalanan tanggal 19-27 Juli 2016 kemarin benar-benar memberikan identitas baru tentang Solo bagi saya: Kota Solo adalah surganya wisata kuliner. Maka dari itu kalau ke Solo mendingan untuk berwisata kuliner saja, sedangkan untuk yang ingin wisata alam sih saran saya mending sekalian mendaki Gunung Lawu (toh di daerah Tawangmangu juga) karena pemandangan alam yang ditawarkan lebih all out. Kamis, 21 Juli 2016 Baiklah, kembali lagi. Jadi hari pertama setelah turun gunung kami disuguhkan garang asem masakan bibi (baca cerita sebelumnya: pendakian Gunung Lawu ). Dari Kamis siang hingga Jumat siang kami habiskan untuk istirahat total, saya dan Kak Putri tergeletak tanpa daya di atas kasur sampai ashar, sementara Yan kembali ke rumahnya di Boyolali.

Long Trip Part I: Pendakian 31 Jam di Gunung Lawu

Gambar
Bismillah. Sesungguhnya tujuh hari bukan waktu yang lama, tapi saya bilang panjang karena selama seminggu hampir setiap hari tidak dilewatkan tanpa jalan-jalan men . Kegilaan ini dimulai karena eu foria telah menyelesaikan skripsi. Saya yang awalnya tidak berencana untuk mudik ditawari oleh seorang “pejalan” (saya lebih suka menyebut dia begitu) bernama Yan untuk mendaki Gunung Lawu. Mengingat selama Ramadhan tidak jalan kemana-mana dan fokus pada skripsi, saya sepakat untuk ikut bergabung. Sebenarnya bagi saya menuliskan pengalaman perjalanan butuh banyak pikir panjang, mengutip perkataan Yan bahwa alam punya hak untuk tetap terjaga, kurang lebih begitu. Kenapa akhirnya saya tuliskan di posting ini murni karena “keegoisan” saya yang butuh dokumentasi atas perjalanan yang telah dilakukan. Harapan saya, siapapun yang membaca ini lalu timbul niat untuk mendatangi tempat tersebut, tolong, jangan tinggalkan apapun kecuali jejak sepatu dan jangan ambil apapun kecuali kenangan :) Se

Jelajah Curug di Kawasan Sentul: Dari Curug Tanpa Nama Sampai Curug Hordeng yang Hits Itu

Gambar
Bismillah. Wah sudah sebulan lebih jari tidak menari di atas keyboard kecuali untuk urusan skripsi. Alhamdulillah skripsi sudah selesai jadi bisa curi waktu untuk posting lagi. Hmm sepertinya setahun belakangan wisata air terjun atau yang dalam bahasa Sundanya disebut curug sedang jadi tren di tengah masyarakat urban Jabodetabek. Mulai dari Sentul, Jonggol, Parung, dan kawasan Bogor lainnya sedang kebanjiran kaum urban yang pada butuh piknik. Mungkin tren ini juga yang melatarbelakangi pihak reservasi.com untuk memberi hadiah liburan ke curug di kawasan Sentul bagi para pemenang harapan (?) di lomba blog-nya. Iya, ceritanya saya jadi salah satu pemenang harapannya, makanya dapat hadiah jalan-jalan gratis. Jadi kali ini saya mau sharing pengalaman jalan-jalan gratis ke kawasan curug di Sentul, tepatnya  di Desa Cibeureum. Di perjalanan kali ini saya ditemani lima orang kece yang empat diantaranya baru pertama kali saya kenal, yaitu Azza (kalo ini junior saya, jadi sudah pasti kenal),

Apa Enaknya Naik Gunung? Mending Nggak Usah

Bismillah. Saya tidak sedang bercanda loh dengan judul di atas. Tulisan ini memang saya bagikan untuk orang-orang yang belum pernah mendaki gunung dan ingin coba mendaki gunung. Saya sendiri masih baru banget mencintai pendakian, sebelumnya saya memang rajin ngebolang tapi tidak ke gunung, biasanya sih ke pantai, kampung adat, atau wisata alam tapi yang tidak seberat mendaki gunung. Tapi kenapa songong banget sampai buat tulisan seperti ini? Nah berhubung saya newbie, saya mau berbagi pengalaman nih bagi para calon newbie lainnya yang semoga aja masih galau antara mau naik gunung atau nggak. Okay then, let’s start (but I warn you guys: no offense or just click the red button up there)   1.   Persiapan fisiknya capek Ini nih, buat yang tidak terbiasa olah raga kamu harus tahu bahwa olah raga itu sangat penting dalam persiapan pendakian. Apakah cukup hanya jogging tiap hari selama satu minggu kayak di film 5 cm? Menurut saya: Big No. Pengalaman pertama saya ke Prau ha

Berdialog Dengan Jiwa di Kampung Dukuh, Garut

Gambar
“Tak ada yang namanya kebetulan jika kalian bisa sampai ke Kampung Dukuh, hanya takdir Allah yang memilih kalian untuk kesini” - Mamak Lukman, kepala adat Kampung Dukuh. Perjalanan ke Kampung Dukuh memiliki tempat tersendiri bagi saya, mungkin juga bagi kalian yang pernah mengunjunginya. Satu setengah tahun yang lalu bermodal rasa penasaran, saya dan tiga orang teman melakukan perjalanan menuju salah satu kampung adat Sunda yang bercorak Islam: Kampung Dukuh. Dengan perhitungan biaya seminimal mungkin a la mahasiswa, kami berangkat dengan bis dari Cililitan menuju terminal Guntur, Garut, Jawa Barat. Tak banyak yang kami tahu tentang Garut, karena itu adalah kali pertama bagi kami mengunjungi Kota Dodol tersebut. Sampai di Terminal Guntur, kami   khilaf dari perhitungan bahwa jam 1 malam tidak ada kendaraan yang beroperasi, untunglah kami terselamatkan oleh seorang Bapak yang   mempersilakan kami menginap di rumahnya. Pun begitu, lantai kayu rumah Bapak itu tidak mampu menaha