Postingan

Bertamu ke Tanah Para Dewa: Ini Itinerary dan Destinasinya

Gambar
Bismillah. Salah satu hal yang saya syukuri terlahir sebagai orang Indonesia adalah diberkahi keindahan alam yang terbentang dari segala ufuk. Hampir semua daerah punya ciri khas dan keindahan masing-masing. Kali ini saya akan mengulas salah satu daerah yang paling membuat saya rindu ribuan kali, Jawa Tengah. Sebetulnya pengalaman saya dan Jawa Tengah tidak akan cukup jika hanya dipayungi pada satu judul posting saja, maka pada tulisan kali ini saya khususkan berbagi pengalaman bertamu ke Tanah Para Dewa: Dataran Tinggi Dieng. Keinginan bersilaturahim ke Dataran Tinggi Dieng dimulai tahun 2006 ketika saya yang masih unyu, rajin menabung, dan suka membaca Majalah Bobo pada membaca artikel Majalah Bobo yang membahas tentang suatu dataran tinggi yang secara administratif berada di antara Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten  Wonosobo, yakni Dataran Tinggi Dieng. Rasa penasaran terhadap Dieng sebagaimana dinarasikan dalam majalah itu tersimpan di hati saya hingga ke bangku kuliah. Berun

Review Cat Air Pentel

Gambar
Bismillah. Sudah lama ada niat untuk me-review produk yang satu ini, karena sangat akrab dengan salah satu hobi saya: melukis. Saya perlu disclaimer nih dari awal, bahwa review yang saya buat bukan untuk yang memang expert di bidang lukis, saya nggak paham juga bedanya  peralatan lukis yang  student grade sama artist grade,  intinya review ini sangat subjektif dan  kegiatan melukisnya pun hanya sekedar hobi saja (jangan tersinggung ya, hehe..) .  Mostly, dari berbagai jenis media dan alat lukis yang digunakan saya hanya minat menggunakan cat air karena pengaplikasiannya lebih mudah dan murah. Sebenarnya belum banyak sih  merek cat air yang saya gunakan, sejauh ini baru pernah menggunakan 2 merek yang jadi judul postingan ini: Pentel dan Osama. Saya bahas satu-satu ya. Di posting kali ini khusus me-review Pentel. Merek ini sudah nggak asing bagi saya dan siswa-siswi SD se-Indonesia Raya, iya, produk crayon Pentel memang hits banget sejak saya masih SD. Saya ingat  kok ketika masih

Long Trip Part II: Kalau ke Kota Solo Enaknya Ngapain Ya?

Gambar
Selama ini kalau saya jalan-jalan ke Solo (padahal baru dua kali juga sih) selalu saja direkomendasikan untuk ke air terjun di daerah Tawangmangu atau melipir ke arah Jogja dan Magelang untuk berwisata ke candi-candi di sana. Namun, perjalanan tanggal 19-27 Juli 2016 kemarin benar-benar memberikan identitas baru tentang Solo bagi saya: Kota Solo adalah surganya wisata kuliner. Maka dari itu kalau ke Solo mendingan untuk berwisata kuliner saja, sedangkan untuk yang ingin wisata alam sih saran saya mending sekalian mendaki Gunung Lawu (toh di daerah Tawangmangu juga) karena pemandangan alam yang ditawarkan lebih all out. Kamis, 21 Juli 2016 Baiklah, kembali lagi. Jadi hari pertama setelah turun gunung kami disuguhkan garang asem masakan bibi (baca cerita sebelumnya: pendakian Gunung Lawu ). Dari Kamis siang hingga Jumat siang kami habiskan untuk istirahat total, saya dan Kak Putri tergeletak tanpa daya di atas kasur sampai ashar, sementara Yan kembali ke rumahnya di Boyolali.

Long Trip Part I: Pendakian 31 Jam di Gunung Lawu

Gambar
Bismillah. Sesungguhnya tujuh hari bukan waktu yang lama, tapi saya bilang panjang karena selama seminggu hampir setiap hari tidak dilewatkan tanpa jalan-jalan men . Kegilaan ini dimulai karena eu foria telah menyelesaikan skripsi. Saya yang awalnya tidak berencana untuk mudik ditawari oleh seorang “pejalan” (saya lebih suka menyebut dia begitu) bernama Yan untuk mendaki Gunung Lawu. Mengingat selama Ramadhan tidak jalan kemana-mana dan fokus pada skripsi, saya sepakat untuk ikut bergabung. Sebenarnya bagi saya menuliskan pengalaman perjalanan butuh banyak pikir panjang, mengutip perkataan Yan bahwa alam punya hak untuk tetap terjaga, kurang lebih begitu. Kenapa akhirnya saya tuliskan di posting ini murni karena “keegoisan” saya yang butuh dokumentasi atas perjalanan yang telah dilakukan. Harapan saya, siapapun yang membaca ini lalu timbul niat untuk mendatangi tempat tersebut, tolong, jangan tinggalkan apapun kecuali jejak sepatu dan jangan ambil apapun kecuali kenangan :) Se

Jelajah Curug di Kawasan Sentul: Dari Curug Tanpa Nama Sampai Curug Hordeng yang Hits Itu

Gambar
Bismillah. Wah sudah sebulan lebih jari tidak menari di atas keyboard kecuali untuk urusan skripsi. Alhamdulillah skripsi sudah selesai jadi bisa curi waktu untuk posting lagi. Hmm sepertinya setahun belakangan wisata air terjun atau yang dalam bahasa Sundanya disebut curug sedang jadi tren di tengah masyarakat urban Jabodetabek. Mulai dari Sentul, Jonggol, Parung, dan kawasan Bogor lainnya sedang kebanjiran kaum urban yang pada butuh piknik. Mungkin tren ini juga yang melatarbelakangi pihak reservasi.com untuk memberi hadiah liburan ke curug di kawasan Sentul bagi para pemenang harapan (?) di lomba blog-nya. Iya, ceritanya saya jadi salah satu pemenang harapannya, makanya dapat hadiah jalan-jalan gratis. Jadi kali ini saya mau sharing pengalaman jalan-jalan gratis ke kawasan curug di Sentul, tepatnya  di Desa Cibeureum. Di perjalanan kali ini saya ditemani lima orang kece yang empat diantaranya baru pertama kali saya kenal, yaitu Azza (kalo ini junior saya, jadi sudah pasti kenal),